Mengawali tahun 2022 ini Laboratorium Filsafat (Lafinus) Fakultas Filsafat UGM menggelar “Training, Couching dan Mentoring dengan tema “Membangun Jiwa Merdeka bagi Aktivis Mahasiswa se-Indonesia” yang berkolaborasi dengan Lingkar Studi Mahasiswa Merdeka, komunitas aktivis mahasiswa Filsafat UGM. Kegiatan yang diselenggarakan pada Sabtu, 15 Januari 2022 via daring ini memang dimaksudkan untuk peserta terbatas, yaitu sekitar 40an peserta dari berbagai UGM, UNP Padang, Unesa Surabaya, UNPV Yogyakarta, dan berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Pelatihan ini berhasil mengaduk-aduk perasaan peserta, terlihat ekspresi para peserta beraneka warna, mulai dari tertawa, terdiam tanpa kata, bahkan terlihat beberapa peserta tidak kuasa membendung air mata yang mengalir. Pelatihan yang dipandu oleh Dr. Heri Santoso (Kepala Lafinus Filsafat UGM) dan Surono, MA, (Trainer Jiwa Merdeka) dan ditemani Dela dan Kusuma sebagai co-trainer ini berisi deteksi masalah dan beban hidup, mengenali potret diri, bermain imajinasi, kuis, games, diskusi dan refleksi. Training, coaching dan mentoring ini dikemas serius tapi santai dimaksudkan untuk memerdekakan daya pikir (IQ), emosi (EQ), spiritual (SQ), raga (KQ) dan diharapkan mampu meningkatkan ketangguhan atau adversity (AQ) guna memberikan jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi oleh peserta.
Berbagai manfaat kegiatan ini diungkapkan oleh beberapa peserta antara lain, “Materinya menarik dan seru banget” ungkap salah seorang peserta, ”…dari kegiatan ini saya belajar bahwa setiap manusia memiliki masalah mereka masing-masing dan cara menghadapinya pun berbeda-beda pula. Namun, dari hal yang demikian kita tetap harus melibatkan Allah dalam setiap permasalah karena Allah lah sebaiknya tempat kita kembali. Sebagai umat-Nya kita harus bisa tangguh dalam menghadapi cobaan dan menyakini bahwa masalah kita tidak seberat masalah orang lain serta harus bersyukur atas apa yang telah kita miliki dan takdir yang telah digariskan oleh Allah. Selanjutnya, Kita harus tetap sabar, tawakal, dan berbuat baik kepada setiap orang walaupun orang itu menyakiti kita. Intinya Libatkanlah Allah di setiap urusan kita dan jangan berharap lebih dari makhluk ciptaan Allah. Terima kasih para narasumber, coach dan Lafinus UGM”.
Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang mahasiswi S2 di UGM yang mengikuti kegiatan ini dengan menyatakan, “Saya menemukan kesimpulan bahwa ketika menghadapi sebuah masalah maka lihat dulu dari dalam diri kita. Bagaimana hubungan kita dengan Tuhan. Untuk menemukan solusi, memintalah petunjuk kepada Tuhan dengan yakin, maka Tuhan akan memberikan jawaban. Jangan membuat permintaan yang egois dan jangan mendikte Tuhan. Karena Tuhan Maha Mengetahui apa yang baik untuk masing-masing dari kita. Setiap jalan yang kita lalui pasti ada campur tangan Tuhan di dalamnya karena Tuhan memiliki maksud membawa kita ke jalan itu”.
Acara ini dibuka oleh Wakil Dekan PPM dan Alumni Fakultas Filsafat UGM Dr. Iva Ariani. Menurut Dr. Iva Ariani kegiatan ini sangat menarik dan strategis, karena sejalan dengan program nasional Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM) serta dapat mengarahkan peserta untuk menemukan makna merdeka dalam arti yang sesungguhnya.
Pada akhir sesi, Dr. Arqom Kuswanjono pun memperkenalkan apa itu coaching, arti, metode dan manfaatnya. Menurut Dr. Arqom keunggulan metode coaching terletak pada peran coachee (orang yang dicoaching) yang lebih aktif menggali akar masalah, menemukan solusi, dan menetukan langkah yang harus dilakukan dalam rangka mengatasi permasalahan hidup, baik berupa stress, mempertajam orientasi hidup, berbagai persoalan tentang relasi sosial, keluarga, pekerjaan, karir, keagamaan, dan lain-lain. Tugas coach hanyalah membantu menggali potensi coachee dengan memberikan pertanyaan pemantik yang fundamental. Di akhir sesi digelorakan kembali yel-yel penyemangat, “Merdeka Mahasiswanya……, Merdeka Kampusnya... Merdeka Kampusnya……, Merdeka Bangsanya….”. (KP,HS)