• UGM
  • IT Center
  • Language switcher
Universitas Gadjah Mada Laboraatorium Filsafat Nusantara
Fakultas Filsafat
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
  • Kegiatan Lafinus
  • ICNP
  • Kontak
  • Multimedia Nusantara
    • Musik Nusantara
    • Tari Nusantara
  • Beranda
  • Kegiatan Lafinus
Arsip:

Kegiatan Lafinus

Lafinus UGM Memfasilitasi Launching dan Diskusi Film Dokumenter “Derap Dayak”

Kegiatan LafinusKerjasama Saturday, 3 September 2022

Selasa, 30 Agustus 2022 Laboratorium Filsafat Nusantara (LAFINUS) UGM memfasilitasi Launcing film dan diskusi  “Derap Dayak” yang diproduksi oleh tim Dibalik Bingkai. Diskusi yang ramai dan berkesan ini membuat peserta haru dan mereflesikan realitas yang terjadi di tanah Dayak Kalimantan. Hadir sebagai pemantik diskusi Dr. Heri Santoso (Kepala Lafinus UGM),  Muslicha, M.A. (Tim Dibalik Bingkai), Adhan Ramadhan (Mahasiswa Kalimantan Timur), dan dihadiri langsung oleh Produser dari film Derap Dayak Dwi Nur Rizkiyansah.

Film documenter ini menunjukkan realitas yang terjadi pada masyarakat Dayak di Kalimantan Timur di tengah hiruk pikuk pembangunan Ibu Kota RI Nusantara. Suku Dayak menghadapi persoalan besar.  Pesan penting dalam film documenter ini adalah apa yang dirasakan oleh tokoh-tokoh adat Dayak yang merupakan representasi dari masyarakatnya tentang tanah dan budaya leluhurnya di tengah arus modernisasi, industrialisasi dan globalisasi. Ada pesan yang cukup menyayat hati, yaitu masyarakat Dayak serasa kurang menikmati proyek-proyek pembangunan selama ini.

Adhan Ramadhan, sebagai representasi mahasiswa asal Kalimantan Timur mengungkapkan bahwa dengan melihat film “Derap Dayak” ini membangkitkan memorinya di masa-masa kecil. Hidupnya di Kalimantan identik dengan himpitan dan serba kekurangan. Dia mengilustrasikan kampong yang  ditinggalkannya beberapa tahun ke Jogya, ternyata tidak banyak perubahan. Sementara kalau dia meninggalkan Jogja beberapa saat saja, sudah banyak terjadi perubahan. Artinya perkembangan kampungnya begitu lamban jika dibandingkan dengan tempat lain, terutama di pulau Jawa. Hal yang menggelisahkan Adhan adalah dia melihat dengan mata kepala sendiri begitu banyak kekayaan alam di sekitarnya tetapi masyarakatnya tidak merasakan kemanfaatan dari kekayaan alam yang diambil dan ditambang itu.

Dr. Heri Santoso sangat mengapresiasi idealisme dan kepedulian para aktor di belakang layar yang telah berhasil melahirkan film dokumenter Derap Dayak ini. Para pembuat film ini diapresiasi memiliki kepekaan dan kepedulian yang tinggi, sekaligus keinginan menyuarakan suara  hati yang terhimpit dan terpinggirkan dalam proses pembangunan di negerinya. Heri menilai, kecepatan pengembangan infrakstruktur fisik pembangunan khususnya pembangunan calon ibu kota negera, yang tidak diimbangi dengan kecepatan pembangunan infrastruktur sosial-budaya akan sangat berbahaya di masa depan. Bila hal ini tidak mendapat perhatian dan penanganan serius, dikhawatirkan dapat terjadi tsunami sosial yang mengerikan.

Sementara itu penggagas dan inisiator film dokumenter ini, Icha (panggilan akrab Muslicha) mengatakan bahwa publikasi tentang Kalimantan Timur terutama calon Ibu Kota Negara begitu marak, namun dia penasaran bagaimana nasib kaum Dayak, suku asli daerah yang akan dijadikan ibu kota negara tersebut. Dia penasaran dan ingin menelusuri lebih jauh melalui tokoh-tokoh adat Dayak dalam suatu wawancara yang diabadikan dalam film dokumenter ini.  Hal yang paling mengesankannya adalah tokoh adat Dayak yang tampil tegar, kuat dan bahkan terkesan garang tersebut, ternyata ketika diwawancarai menyatakan betapa tidak berdayanya masyarakat Dayak menghadapi dinamika jaman ini.

Para peserta diskusi mengapresiasi film dokumenter ini, karena dianggap mampu menyuarakan hati masyarakat Dayak sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang kurang dapat menikmati hasil-hasil kekayaan tanah leluhurnya. (KP, HS, DKA)

LAFINUS FILSAFAT UGM BEKERJASAMA DENGAN FAKULTAS FPIPSKR UPGRIS SELENGGARAKAN TOT DAN COACHING MEMBANGUN JIWA MERDEKA

Kegiatan LafinusKerjasama Monday, 8 August 2022

“Training of Trainer dan Coaching Membangun Jiwa Merdeka ini mengingatkan kita pada ajaran Pancadharma pendidikan dari Ki Hadjar  Dewantara”, demikian ungkap Dr. Endang Wuryandini, M.Pd selaku Wakil  Dekan I FPIPSKR Universitas PGRI Semarang ketika memberi pengantar pelatihan pada Jumat, 5 Agustus 1945 di Semarang. Lebih lanjut Dr. Endang mengingatkan ajaran pancadharma pendidikan itu meliputi kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Berdasarkan konsep ini, kemerdekaan merupakan unsur yang sangat penting strategis untuk memajukan pendidikan. Pelatihan membangun jiwa merdeka ini kiranya upaya yang sangat tepat di era ketika negara sedang mengembangkan kebijakan merdeka belajar dan kampus merdeka.

“Setelah mengikuti pelatihan ini saya merasa bahwa beban-beban yang saya rasakan mulai berkurang, dan kita semakin menyadari bahwa kita itu sangat kecil di alam semesta ini, di atas langit masih ada langit, sehingga tidak ada alasan untuk menyombongkan diri”, ungkap Drs. Suyahman, M.Si., M.H. . dari Univet Sukoharjo. Hal senada juga diungkapkan oleh Rahmat Sudrajat, M.Pd, Ka.Prodi PPKn Upgris Semarang yang mengatakan,”Pelatihan hari ini semakin menguatkan saya agar ketika melayani orang lain, terutama mahasiswa, dosen, dan mitra-mitra, saya semakin ikhlas dan bersemangat”. Manfaat pelatihan ini ternyata juga dirasakan oleh peserta yang mengikuti secara daring, “Pelatihan ini banyak sekali manfaatnya. Di antaranya tadi sebelum pelatihan ini saya merasakan ada beban berat, namun anehnya, setelah mengikuti pelatihan ini, beban itu berangsur-angsur mulai berkurang dan menghilang….”

ToT yang dikemas dengan model bauran ini memadukan model pelatihan luring dan daring. Peserta berjumlah 40-an dosen PPKn UPGRIS, Unes Semarang,  dan dosen dari seluruh Indonesia. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Laboratorium Filsafat Nusantara (Lafinus) Filsafat UGM dengan FPIPSKR UPGRIS Semarang yang didukung oleh DPPM UGM dalam Program Education For Sustainable Development (ESD). Kegiatan ini menghadirkan narasumber Dr. Heri Santoso, Kepala Laboratorium Filsafat Nusantara (Lafinus) Filsafat UGM, Dr. Arqom Kuswanjonon, Ketua Asosiasi Lembaga dan Dosen MKWK se-Indonesia, Surono, M.A, trainer Membangun Jiwa Merdeka dan dibantu Dela Khoirul Ainia dan Kusuma Putri sebagi co-fasilitator. Pelatihan diawali dengan yel-yel oleh Kusuma Putri co fasilitator pelatihan, dengan yel-yel ..

Kusuma : ”merdeka dosennya…”

Peserta : “merdeka mahasiswanya!”

Kusuma : “merdeka mahasiswanya…”

Peserta : “merdeka kampusnya!”

Kusuma : “merdeka kampusnya…”

Peserta : “merdeka bangsanya!”

Selain yel-yel, suasana pelatihan menjadi semakin seru, ketika Surono, M.A mengajak peserta untuk senam otak, menyeimbangkan antara otak kiri dan otak kanan. Suasana pelatihan ini terasa segar, lucu dan haru, menyatu, karena pelatihan ini memadukan berbagai metode yang dikemas secara santai tetapi bermakna, yaitu ada yel-yel, games, kuis, refleksi, meditasi, kontemplasi, presentasi dan diskusi. 

Dr. Heri Santoso, selaku penggagas dan narasumber dalam pelatihan ini, menjelaskan bahwa ada banyak model untuk membangun jiwa merdeka, namun khusus untuk kegiatan ini dipilih dua model yang dipandang efektif, yaitu model pelatihan dan model coaching. Melalui model pelatihan, peserta diajak melakukan evaluasi diri tentang belenggu-belenggu jiwanya, serta indeks kebahagiaannya, dan setahap demi setahap dilakukan penghancuran atas belenggu jiwa tersebut dan pada akhirnya diharapkan meningkatkan indeks kebahagiaan peserta. Sementara itu Dr. Arqom Kuswanjono menjelaskan tentang arti, manfaat, dan teknik untuk melakukan coaching. Pengetahuan ini dimaksudkan menyiapkan dosen PPKn sebagai calon coach membangun jiwa merdeka pada para mahasiswa, kolega, dan masyarakat umum.

Pada akhir sesi pelatihan, ketika fasilitator menanyakan kepada seluruh peserta siapa di antara peserta yang merasakan indeks kebahagiaannya meningkat? Responnya luar biasa. Hampir seluruh peserta angkat tangan berarti merasakan indeks kebahagiaannya meningkat. Ketika ditanya siapa yang merasakan manfaat dari ToT ini. Hampir seluruh peserta menjawab bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat dan layak untuk dilanjutkan di lain kesempatan. (HS, DKA, KP)

 

MEMERDEKAKAN JIWA DOSEN

Kegiatan LafinusPengabdian Tuesday, 21 June 2022

“Banyak sekali pembelajaran berharga yang kami dapatkan dari pelatihan ini, terutama bagaimana cara membangun jiwa merdeka dalam melaksanakan perkuliahan,  dan teknik  memberikan hak merdeka bagi mahasiswa” ungkap Nia Emilda, M.Pd. dosen Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung seusai mengikuti pelatihan. Hal senada juga diungkapkan oleh Mufarizuddin, M.Pd  dosen Pendidikan Pancasila dari Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, yang menuliskan kesan,  “Materi pelatihan yang luar biasa dari narasumber, yang tidak sekedar memberikan materi saja, namun juga memberi pesan yang sangat dalam, baik secara nyata maupun spritual bagi peserta”. Selain kedua peserta di atas, Nurhadi Sasmita, dari FIB Universitas Jember juga mengungkapkan, “Pelatihan ini telah menawarkan metode pembelajaran Pendidikan Pancasila yang lebih menyegarkan, menyenangkan, inovatif, membangkitkan kemampuan berfikir secara lebih bebas dan terbuka”. Kesan di atas hanyalah cuplikan dari kesan tiga peserta pelatihan. Mayoritas peserta menuliskan kesan positif pasca pelatihan, bahwa pelatihan ini telah berhasil menstimulasi membangun jiwa merdeka para dosen, baik secara intelektual, emosional, spiritual maupun kinestetik.

Pelatihan yang diselenggarakan oleh Laboratorium Filsafat Nusantara (Lafinus) Filsafat UGM dan disponsori oleh Direktorat Pengabdian Pada Masyarakat UGM ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Juni 2022 ini mengusung tema “ToT dan Coaching Membangun Jiwa Merdeka Dosen Pendidikan Pancasila”. “Tema yang diangkat ini kiranya sangat strategis di era Kebijakan Program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka yang dicanangkan oleh Mendikbudristek RI Nadiem Makarim” ungkap Dr. Rr. Siti Murtiningsih, Dekan Fakultas Filsafat UGM, ketika memberi pengantar pelatihan. “Bagaimana mungkin program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dapat berjalan efektif bila dosennya, terutama dosen Pendidikan Pancasila jiwanya belum merdeka.”  Kata Penganggungjawab Mata Kuliah Wajib Kurikulum UGM ini.

Meskipun training dan coaching ini dilaksanakan secara daring, suasana pelatihan terlihat meriah,  penuh semangat dan antusias dari peserta yang terdiri dari 83 dosen Pendidikan Pancasila dari 51 perguruan tinggi dari seluruh Indonesia, baik dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Sulawesi. “Pelatihan ini kita kemas dengan model sederhana, yaitu dari “ngekek-ngekek sampai mewek-mewek”, artinya peserta diajak untuk menertawakan dirinya sendiri, bahkan sampai meneteskan air mata, menangis haru dan bercampur bahagia ketika berefleksi dan berkontemplasi” ungkap Dr. Heri Santoso, sebagai penggagas sekaligus narasumber pelatihan.

Selain model training yang dipandu oleh Dr. Heri Santoso dan Surono, M.A., pada kegiatan ini juga diberi pengantar tentang coaching dan manfaatnya untuk memerdekakan jiwa mahasiswa oleh Dr. Arqom Kuswanjono, Ketua Asosiasi Kelembagaan MKWK se-Indonesia. Dr. Arqom menjelaskan bahwa metode coaching yang dikembangkan oleh Lafinus Filsafat UGM ini berkali-kali teruji mampu membantu memerdekakan jiwa, termasuk dosen dan mahasiswa. Coaching ini mengadopsi metode Socrates, yaitu maeutika tekne, atau teknik pembidanan dipadu dengan kearifan lokal bangsa Indonesia. Lebih lanjut Dr. Arqom menjelaskan bahwa metode coaching ini lebih mengandalkan pertanyaan-pertanyaan yang membantu coachee (orang yang dicoaching) mampu menemukan jawaban-jawaban atas persoalan dan agenda yang dihadapinya berasal dari dalam dirinya sendiri, bukan petunjuk atau arahan dari orang lain, termasuk coach.

Dari kuesioner umpan balik yang diberikan panitia kepada peserta, dapat disimpulkan bahwa semua peserta berminat untuk mengikuti tahapan berikutnya, yaitu pelatihan bagi calon coach dan sangat berminat untuk mengembangkan training dan coaching ini di kampusnya masing-masing (HS, DKA, KP)

TRAINING MEMBANGUN JIWA MERDEKA BAGI GURU, KEPALA DAN PENGAWAS MADRASAH KABUPATEN GRESIK

Kegiatan LafinusKerjasama Thursday, 24 February 2022

Setelah mengikuti training ini pengalaman yang diperoleh para peserta pelatihan cukup beragam dan unik, misalnya Bapak Muhammad Munif, ST.,  guru madrasah dari Kecamatan Gresik, mengungkapkan,”Alhamdulillah dengan kegiatan ini saya bisa menambah wawasan tentang cara berfikir merdeka, out of the box yang sangat dibutuhkan untuk membuat inovasi di madradah kami”. Pengalaman baru juga dirasakan oleh Bapak Ahmad Fahmi Muksani, S.Pd., guru madrasah dari Kecamatan Ndukun, yang mengungkapkan, “Secara global kegiatan pelatihan sudah menarik dan menunjukan profesionalitas yang tinggi, dan merupakan hal baru bagi guru terutama saya, yang belum mengalami metode yang sedemikian.” Perasaan unik juga diungkapkan oleh Ibu Lailatul Mutmainah, salah seorang pengawas dari Kecamatan Panceng Gresik yang mengatakan, ”Badan bisa entheng, tidak merasakan beban pikiran, dan pernapasan menjadi plooong.”

 

Training ini ternyata juga dinilai sangat bermanfaat oleh para Pengawas Madrasah, sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Masmuad, S. Pd., Pengawas dari Kecamatan Balongpanggang, Gresik yang menyatakan, “Kegiatan tersebut sangat bermanfaat, dapat diaplikasikan saat pembinaan kepada guru maupun kepala Madrasah dengan cara instropeksi diri, - apa yang sudah diperbuat sebagai seorang guru maupun sebagai seorang  Kepala Madrasah-. Melalui kegiatan tersebut,  kami dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan diri,  sehingga menjadi instrument dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja”

 

Kegiatan yang diselenggarakan pada hari Selasa tanggal 22-02-2022 ini merupakan kerjasama antara Laboratorium Filsafat Nusantara (Lafinus) Fakultas Filsafat UGM, Laboratorium PMP-KN Unesa, Prodi PPKN Unesa, dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gresik Jawa Timur. Pelatihan diikuti 100 peserta dari unsur guru, kepala dan pengawas madrasah Kabupaten Gresik ini diawali dengan sambutan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya, Prof. Dr. Muhammad Turhan Yani, M.A dan acara dibuka secara resmi oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gresik Drs. Sahid, M.M. Pelatihan ini dikemas secara menarik sehingga peserta tetap bertahan dari awal hingga akhir acara karena diisi dengan berbagai kuis berhadiah, games, dialog, meditasi, relaksasi, presentasi, dll oleh Dr. Heri Santoso, Dr. Arqom Kuswanjono, dan Surono M.A., dari Lafinus Filsafat UGM.

Menurut  Dr. Heri Santoso, pemilihan tanggal cantik 22-02-2022 ini tentu bukan tanpa makna, tetapi justru kaya makna yang mendalam yaitu terinspirasi dari Kitab Suci Al Qur’an yang mampu memerdekakan jiwa dan raga umat manusia dan alam semesta ini diturunkan secara bertahap selama 22  tahun, 2 bulan dan 22 hari. Kepala Lafinus ini berharap semoga kegiatan ini secara bertahap dapat menyiapkan kader-kader yang mampu memerdekakan jiwa diri dan orang lain. Lafinus Filsafat UGM beberapa tahun ini telah bekerjasama dengan Unesa Surabaya sebagai mitra strategis perguruan tinggi penghasil para calon guru. Kerjasama diperluas dengan merangkul mitra dari Kantor Kemenag Kabupaten Gresik  yang juga dinilai sangat strategis, karena Kantor Kemenag ini mewadahi lebih dari 300-an Madrasah dan 10.000 an guru yang diharapkan menjadi kader-kader membangun jiwa merdeka di lingkungannya. Kegiatan ini mendapat apresiasi yang tinggi dari para pihak penyelenggara dan peserta. Banyak peserta yang mengusulkan agar kegiatan ini sering diadakan dan diperluas jangkauannya. (HS, DKA, & KP)

 

COACHING MEMBANGUN JIWA MERDEKA GURU, KEPALA DAN PENGAWAS MADRASAH KABUPATEN GRESIK

Kegiatan LafinusKerjasama Thursday, 24 February 2022

Setelah acara Pelatihan Membangun Jiwa Merdeka, Selasa 22-02-2022, di hari yang sama dilanjutkan hari berikutnya, dilaksanakan Coaching Membangun Jiwa Merdeka bagi Guru, Kepala dan Pengawas Madrasah Kabupaten Gresik. Kegiatan ini disambut hangat dan semangat oleh  para guru, kepala, dan pengawas madrasah, terbukti ada 60 calon peserta mendaftar.

Menurut  Dr. Heri Santoso, penggagas kegiatan, coaching ini berbeda dengan training yang bersifat massal. Coaching lebih bersifat privat dan kerahasiaan sangat dijaga. Setiap peserta diberi alokasi waktu antara 30-90 menit. Peserta coaching dapat mengajukan berbagai permasalahan atau agenda yang sedang dihadapinya, baik masalah pribadi, masalah kerja, masalah kemasyarakatan, atau keagamaan. Seorang coach akan membantu menyelesaikan permasalahan atau agenda tersebut bukan dengan cara menggurui, melainkan dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang pada akhirnya peserta coaching akan mendapat inspirasi dan menemukan sumber masalah dan berbagai alternative solusi dan langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah.

Panitia penyelenggara menghadirkan para coach dari Unesa yang sebelumnya telah mengikuti berbagai pelatihan dan ToT untuk menjadi calon coach yang dibimbing oleh Coach Dr. Heri Santoso dan Coach Dr. Arqom Kuswanjono dari Laboratorium Fakultas Filsafat UGM, pada hari Jumat, 18 Februari 2022. Di antara para coach dari Unesa antara lain : Dr. Oksiana Jatiningsih, M.Si., Dr. Rr. Nanik Setyowati, M.Si., Maya Mustika Kartika Sari, S.Sos., M.IP., Listyaningsih, S.Pd., M.Pd., Rahmanu Wijaya, S.H. , M.H., Agus Satmoko Adi, S.S., M.Si., Siti Maizul Habibah, S.Pd.,M.A., Dwi Asih Triska Wardhani, M.Pd. Sementara itu dari dari Lafinus Filsafat UGM mengirimkan beberapa coach antara lain Dr. Heri Santoso, Dr. Arqom Kuswanjono, Surono, M.A., Dela K.A, M.Phil., dan Kusuma Putri, S.Fil.

“Coaching hari ini adalah pengalaman hidup yang berharga yang tak bisa dilupakan” ungkap Ibu Sulistianah, salah seorang kepala madarasah sekaligus Kepala Taman Pendidikan Al Qur’an. Ibu Sulistianah merasa setelah mengikuti coaching ini dapat menemukan sumber masalah dan berbagai solusi untuk menyelesaikannya, dengan beberapa prinsip yang ditemukannya selama coaching yaitu ”Manusia adalah ciptaan Allah, semua urusan ada di tangan Allah, kita harus selalu memperbaiki diri untuk bermuhasabah lagi kepada Allah, dan dengan coaching hari ini meggunakan 3 metode ini, saya –disadarkan kembali- harus selalu ingat bahwa Al Quran adalah pedoman hidup saya, rutinitas membaca Al Quran harus semakin ditingkatkan.”

“Lewat coaching ini kita diajari mengungkapkan masalah dan mendapat cara pemecahan masalah yang dihadapi dengan tetap berpedoman pada Al Quran. Bravo untuk Coach Bu Listiyaningsih, “ ungkap  Ibu Anna Sulistiorini, S.Pd, guru dari Kecamatan Kedamean. Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Iril dari MI Sooko, “Kegiatannya sangat berkesan, coachnya keren karena  bisa membimbing untuk mencari solusi dari setiap masalah dengan Al-Qur'an... Terimakasih Coach Bu Nanik yang sudah membawa perubahan pada saya kemarin, sehingga saya bisa berbuat lebih baik ...” (HS, DKA, & KP)

Training, Coaching dan Mentoring yang Memerdekakan Jiwa Aktivis Mahasiswa se-Indonesia

Kegiatan Lafinus Monday, 17 January 2022

Mengawali tahun 2022 ini Laboratorium Filsafat (Lafinus) Fakultas Filsafat UGM menggelar “Training, Couching dan Mentoring dengan tema “Membangun Jiwa Merdeka bagi Aktivis Mahasiswa se-Indonesia” yang berkolaborasi dengan Lingkar Studi Mahasiswa Merdeka, komunitas aktivis  mahasiswa Filsafat UGM. Kegiatan yang diselenggarakan pada Sabtu, 15 Januari 2022 via daring ini memang dimaksudkan untuk peserta terbatas, yaitu sekitar 40an peserta dari berbagai UGM, UNP Padang, Unesa Surabaya, UNPV Yogyakarta, dan berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Pelatihan ini berhasil mengaduk-aduk  perasaan peserta, terlihat ekspresi para peserta beraneka warna, mulai dari tertawa, terdiam tanpa kata, bahkan terlihat beberapa peserta tidak kuasa membendung air mata yang mengalir. Pelatihan yang dipandu oleh Dr. Heri Santoso (Kepala Lafinus Filsafat UGM) dan Surono, MA, (Trainer Jiwa Merdeka) dan ditemani Dela dan Kusuma sebagai co-trainer ini berisi deteksi masalah dan beban hidup, mengenali potret diri, bermain imajinasi, kuis, games, diskusi dan refleksi. Training, coaching dan mentoring ini dikemas serius tapi santai dimaksudkan untuk memerdekakan daya pikir (IQ), emosi (EQ), spiritual (SQ), raga (KQ) dan diharapkan mampu meningkatkan ketangguhan atau adversity (AQ) guna memberikan jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi oleh peserta.  

Berbagai manfaat kegiatan ini diungkapkan oleh beberapa peserta antara lain, “Materinya menarik dan seru banget” ungkap salah seorang peserta, ”…dari kegiatan ini saya belajar bahwa setiap manusia memiliki masalah mereka masing-masing dan cara menghadapinya pun berbeda-beda pula. Namun, dari hal yang demikian kita tetap harus melibatkan Allah dalam setiap permasalah karena Allah lah sebaiknya tempat kita kembali. Sebagai umat-Nya kita harus bisa tangguh dalam menghadapi cobaan dan menyakini bahwa masalah kita tidak seberat masalah orang lain serta harus bersyukur atas apa yang telah kita miliki dan takdir yang telah digariskan oleh Allah. Selanjutnya, Kita harus tetap sabar, tawakal, dan berbuat baik kepada setiap orang walaupun orang itu menyakiti kita. Intinya Libatkanlah Allah di setiap urusan kita dan jangan berharap lebih dari makhluk ciptaan Allah. Terima kasih para narasumber, coach dan Lafinus UGM”.

Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang mahasiswi S2 di UGM yang mengikuti kegiatan ini dengan menyatakan, “Saya menemukan kesimpulan bahwa ketika menghadapi sebuah masalah maka lihat dulu dari dalam diri kita. Bagaimana hubungan kita dengan Tuhan. Untuk menemukan solusi, memintalah petunjuk kepada Tuhan dengan yakin, maka Tuhan akan memberikan jawaban. Jangan membuat permintaan yang egois dan jangan mendikte Tuhan. Karena Tuhan Maha Mengetahui apa yang baik untuk masing-masing dari kita. Setiap jalan yang kita lalui pasti ada campur tangan Tuhan di dalamnya karena Tuhan memiliki maksud membawa kita ke jalan itu”.

Acara ini dibuka oleh Wakil Dekan PPM dan Alumni Fakultas Filsafat UGM Dr. Iva Ariani. Menurut Dr. Iva Ariani kegiatan ini sangat menarik dan strategis, karena sejalan dengan program nasional Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM) serta dapat mengarahkan peserta untuk menemukan makna merdeka dalam arti yang sesungguhnya.

Pada akhir sesi, Dr. Arqom Kuswanjono pun memperkenalkan apa itu coaching, arti, metode dan manfaatnya. Menurut Dr. Arqom keunggulan metode coaching terletak pada peran coachee (orang yang dicoaching) yang lebih aktif menggali akar masalah, menemukan solusi, dan menetukan langkah yang harus dilakukan dalam rangka mengatasi permasalahan hidup, baik berupa stress, mempertajam orientasi hidup, berbagai persoalan tentang relasi sosial, keluarga, pekerjaan, karir, keagamaan, dan lain-lain. Tugas coach hanyalah membantu menggali potensi coachee dengan memberikan pertanyaan pemantik yang fundamental. Di akhir sesi digelorakan kembali yel-yel penyemangat, “Merdeka Mahasiswanya……, Merdeka Kampusnya... Merdeka Kampusnya……, Merdeka Bangsanya….”. (KP,HS)

PELATIHAN MEMBANGUN JIWA MERDEKA BAGI PENDIDIK PAUD SE-INDONESIA DALAM MENGHADAPI DAMPAK PANDEMI COVID-19

Kegiatan LafinusKerjasamaPengabdian Monday, 26 July 2021

Pelatihan yang diselenggarakan atas kerjasama Fakultas Filsafat UGM yang dimotori oleh Laboratorium Filsafat Nusantara (Lafinus), Himpaudi DIY, dan BP Paud-Dikmas DIY ini disponsori oleh Direktorat Pengabdian Pada Masyarakat UGM melalui program Teknologi Tepat Guna Tahun 2021. Pelatihan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Juli 2021, Jam 07.30-11.45 WIB, diikuti oleh 143 peserta dari seluruh Indonesia. Menghadirkan Dekan Fakultas Filsafat UGM, Dr. Arqom Kuswanjono, Kepala BP Paud-Dikmas DIY, Drs. Eko Sumardi, M.Pd., Ketua Himpaudi DIY, Zamzami Ulwiyati Darojat, S.Ag. Dengan narasumber Dr. Heri Santoso, Surono, MA, dibantu Fasilitator Dela dan Kusuma dari Tim Lafinus UGM.

 “Pelatihan ini memberikan ketenangan jiwa”, ungkap Erma Susanti, SPd., pendidik Paud dari Martapura Kalimantan Selatan. Sementara itu bagi Monica Eka Wahyuni dari Serang Banten menangkap kesan bahwa pelatihan ini menyenangkan, menenangkan, memberi pengalaman dan ilmu yang berbeda. Secara umum peserta pelatihan menuliskan bahwa pelatihan ini membantu mereka bahwa hidup harus bersemangat, merdeka, kreatif dan bersyukur. Bahkan hampir 100% dari peserta pelatihan menuliskan bahwa pelatihan ini mampu mengurangi beban hidup, menumbuhkan semangat, dan jiwa merdeka. Pelatihan ini memang didesign dengan pembawaan yang  santai, namun  menyenangkan dan bermakna.

Sementara itu ketika memberi pengantar pelatihan, Dr. Arqom Kuswanjono, Dekan Fakutas Filsafat UGM mengingatkan bahwa salah satu hikmah pandemi Covid-19  ini kita bisa menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan peserta sekurang-kurangnya 12 Provinsi dari seluruh Indonesia. Dr. Arqom dalam penyampainnya mengingatkan terkait ajaran filsafat timur, yaitu filsafat yin yang. Di dalam gelap sekalipun, tentu ada setitik cahaya terang, dan di dalam situasi yang terang, ada juga setitik kegelapan. Demikian juga dalam situasi pandemi kita bisa memanfaatkannya, yang hal tersebut akan sulit bila dilakukan di luar pandemi. Anak didik dapat dianggap sebagai korek api, lilin atau lampu. Tugas kita adalah memantik agar mereka menjadi penerang kehidupan. Dr. Arqom mengingatkan mengapa kita perlu mengembangkan jiwa merdeka, karena kalau kita belajar dari teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, kita akan menemukan “….bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa…”. Sementara itu bila kita menengok Pembukaan UUD 1945 di sana akan kita temui, cita-cita proklamasi adalah menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Sementara itu dalam konteks kekinian, Mas Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek juga telah mencanangkan program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM). Dengan demikian pelatihan ini juga sejalan dengan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya yang mengingatkan “….bangunlah jiwanya….bangunlah raganya”. Inilah arti penting pelatihan membangun jiwa merdeka.

Drs. Eko Sumardi, M.Pd. Kepala BP Paud-Dikmas DIY yang berkenan memberi sambutan dan membukan acara pelatihan ini mengapresiasi bentuk kerjasama Fakultas Filsafat UGM, melalui Lafinus Filsafat UGM, Himpaudi DIY, dan BP Paud-Dikmas DIY, serta partisipasi dari peserta lebih dari 12 provinsi se-Indonesia yang telah menyelenggarakan pelatihan dengan tema Membangun Jiwa Merdeka Pendidik Paud se-Indonesia.  Kepala BP Paud-Dikmas DIY mengingatkan bahwa pandemi ini memang sulit, dan mungkin tidak pernah kita pikirkan akan datang dan kita tidak pernah berpikir kapan pandemi ini akan berakhir. Semua terdampak, semua kebingungan, tetapi kita harus bergerak, agar tetap survive. Persoalan yang muncul, antara lain : Pola perubahan model belajar-mengajar, semula bisa tatap muka langsung, kini semua harus daring. Hal ini menimbulkan masalah berikutnya, yaitu masalah penguasaan IT. Masih banyak pendidik Paud yang mengalami kesulitan dalam penguasaan IT ini, apalagi memanfaatkanya dalam pembelajaran. Masalah sarana, prasarana IT, seperti kuota data internet dsb. Masalah lainnya adalah masalah kekurangan murid, serta mencari jalan keluar untuk mengatasinya. Kemudian, masalah biaya operasional pengelolaan Paud. Masalah-masalah ini memang sulit, namun sulit itu bukan berarti tidak bisa kita selesaikan. Kita tidak sendirian. Banyak di luar kita yang memiliki kepedulian dan resourses yang siap melakukan kolaborasi untuk membantu Paud, Contohnya kerjasama ini. Yang penting, kita harus mau berubah, mau bergerak, dan pantang menyerah. Kata kuncinya  adalah kemauan. Sebab bila tidak ada lagi kemauan, apapun tips dan bantuan yang diberikan tentu tidak akan efektif.

Anggaplah kita baru  saja lahir di masa Pandemi. Inilah kenyataan yang harus kita hadapi. Masa lalu yang begitu nyaman kita anggap sebagai evaluasi diri. Jangan terjebak ke masa lalu. Mari kita hadapi masa sekarang ini. Saling asah, saling asih, dan saling asuh. Kita tidak boleh egois, dan apabila memiliki ilmu, kita harus saling membantu.

Inti pelatihan ini dibawakan oleh Dr. Heri Santoso dan Surono, MA. Diawali dengan yel-yel untuk membangun semangat peserta; ”Merdeka gurunya…. merdeka anak didiknya, merdeka anak didiknya… merdeka Paudnya. Merdeka Paudnya….merdeka bangsanya. Yel-yel ini seolah-olah mengingatkan, bahwa untuk memerdekakan bangsa, maka mau tidak mau dimulai dari diri kita sendiri dahulu.

Pelatihan yang dikemas secara santai, penuh canda dan tawa (ngekek-ngekek) tetapi ada beberapa sesi yang membuat para peserta terharu, menangis, bahkan tersedu-sedu (mewek-mewek). Pelatihan diawali dengan melakukan deteksi diri tentang beban-beban hidup yang dihadapi para peserta pelatihan yang sebagian besar adalah pendidik Paud. Mulai dari beban masalah materi/finansial, beban kesehatan, beban karier/kerja, beban hobby, beban beban sosialitas, dan beban spiritual. Konsep dasar pelatihan ini adalah bahwa untuk memerdekakan diri kita bisa memulai dari memerdekakan pikiran (IQ), memerdekakan perasaan (EQ), dan memerdekakan spiritual (SQ), memerdekakan raga (KQ),dan membangun ketangguhan (AQ). Konsep dasar ini dikemas dalam bentuk modul-modul yang dikemas secara menyenangkan dan bermakna.

Di akhir sesi pelatihan Ketua Himpaudi DIY, Zamzami Ulwiyati Darojat, S.Ag. mengingatkan kembali bahwa jiwa merdeka itu merupakan satu di antara 5 unsur penting yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara dalam Pancadharma Taman siswa, yaitu kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan dan kemanusiaan. Pelatihan membangun jiwa merdeka ini bermanfaat bagi para guru paud untuk merdeka dalam berpikir, merdeka dalam berkeputusan, merdeka dalam bersikap dan merdeka dalam bertindak. Menutup sesi pelatihan ini, Bu Ulwi mengingatkan bahwa,”Pekerjaan kita yang melelahkan itu, mungkin impian bagi para pengangguran, anak kita yang berisik mungkin itu impian bagi wanita yang masih belum punya anak, rumah kita yang kecil itu mungkin impian bagi mereka yang tergusur dan terusir. Harta kita yang sedikit mungkin itu impian bagi mereka yang sedang terlilit hutang. Untuk itu kata kuncinya bersyukur…bersyukurlah…dengan sandal jepit yang kita miliki. Sebab di luar sana ada masih banyak yang tidak memiliki kaki….”

Demikian dapat disaksikan bersama bahwa pelatihan jiwa merdeka ini memberikan dampak baik untuk membantu para pendidik PAUD dalam meregulasi diri dan emosi untuk menghadapi segala macam tantangan hidup, utamanya dampak dari pandemi Covid-19 yang mengubah bentuk tatanan kehidupan. Dengan memerdekan jiwa, sertidaknya memberikan jaminan bagi diri untuk tidak kerdil dan menyerah oleh keadaan begitu saja.  Dengan merdeka jiwanya, maka akan merdeka pikiran dan perilakunya.

Salam Jiwa Merdeka!

(HS/DK/KP)

FILOSOFI SUNAN KALIJAGA DAN SUNAN KUDUS RELEVANSINYA BAGI FILSAFAT NUSANTARA

Kegiatan Lafinus Sunday, 4 July 2021

Serial Kajian Tokoh Nusantara pada hari Jumat 02 Juli 2021, Laboratorium Filsafat Nusantara (LAFINUS) UGM menghadirkan Dr. Fahruddin Faiz, M.Ag (Dosen Filsafat UIN Sunan Kalijaga), Dr. Arif Ahyat, M.A (Dosen FIB Universitas Gadjah Mada), Dr. Agus Himawan Utomo, M.Ag (Dosen Filsafat Universitas Gadjah Mada) sebagai narasumber pada tema “Filosofi Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus Relevansinya bagi Filsafat Nusantara”. Diskusi yang diberi pengantar oleh Dekan Fakultas Filsafat UGM, Dr. Arqom Kuswanjono dan dipandu oleh moderator Kusuma Putri, S.Fil ini dihadiri oleh 50an peserta dari seluruh penjuru nusantara, baik mahasiswa, dosen, dan umum. Gagasan yang sangat ciamik disuguhkan dalam liputan ini, diantaranya : read more

Filosofi Sultan Hasanuddin dan Kapitan Pattimura dan Relevansinya bagi Pendidikan Tinggi di Indonesia

Kegiatan Lafinus Saturday, 19 June 2021

 

Serial Kajian Tokoh Nusantara pada hari Jumat, 18 Juni 2021, Laboratorium Filsafat Nusantara (LAFINUS) UGM menghadirkan Prof. Dr. Aholiab Watloly (Guru Besar Universitas Pattimura), Dr. Andi M Akhmar (WD II FIB Universitas Hassanudin), dan Dr. Heri Santoso (Ka Lafinus UGM) mengangkat tema, “Filosofi Sultan Hasanuddin Dan Kapitan Pattimura Dan Relevansinya Bagi Pengembangan Pendidikan Tinggi di Indonesia”. Webinar yang diberi pengantar oleh Dr. Arqom Kuswanjono, Dekan Fakultas Filsafat UGM dan dipandu oleh Dela Khoirul Ainia, S.Fil ini dihadiri 50an peserta dari seluruh Indonesia, baik dosen, mahasiswa, dan umum. Beberapa informasi dan gagasan segar muncul dalam diskusi ini. Adapun liputannya sebagai berikut. read more

FILOSOFI AIRLANGGA, GADJAH MADA, DAN DIPONEGORO SERTA RELEVANSINYA PADA MASA KINI DAN MASA DEPAN

Kegiatan Lafinus Saturday, 20 February 2021

Ada tiga pelajaran berharga yang dapat dipetik dari diskusi kajian serial tokoh nusantara ini menurut Dr. Ir. Gendut Suprayitno, tokoh The Indonesia Intitute For Corporate Governance (IICG)), yang menjadi pembahas dalam diskusi ini. Pertama, kajian tokoh ini menunjukkan betapa pentingnya stimulasi intelektual dan pengetahuan yang sangat berharga dari Pangeran Diponegoro, Gadjah Mada dan Prabu Airlangga dalam konteks masa kini dan masa depan. Kedua, idealisasi pengaruh. artinya stimulan intelektual tersebut diharapkan terus berpengaruh, karena tokoh-tokoh tersebut namanya diabadikan menjadi nama perguruan tinggi PTN_BH di Indonesia yaitu UNDIP, UGM, dan UNAIR, yang masih eksis, senantiasa terus tumbuh dan berkembang. Ketiga, pentingnya motivasi inspirasional artinya nilai-nilai luhur tersebut dapat menjadi motivasi untuk pengembangan system tata nilai, renstra (rencana strategis), dan capaian masing-masing perguruan tinggi. read more

1234

Recent Posts

  • Lafinus UGM Memfasilitasi Launching dan Diskusi Film Dokumenter “Derap Dayak”
  • LAFINUS FILSAFAT UGM BEKERJASAMA DENGAN FAKULTAS FPIPSKR UPGRIS SELENGGARAKAN TOT DAN COACHING MEMBANGUN JIWA MERDEKA
  • MEMERDEKAKAN JIWA DOSEN
  • Prosiding Simposium Nasional Filsafat Nusantara 2020
  • TRAINING MEMBANGUN JIWA MERDEKA BAGI GURU, KEPALA DAN PENGAWAS MADRASAH KABUPATEN GRESIK

Recent Comments

    Universitas Gadjah Mada

    Laboratorium Filsafat Nusantara

    Fakultas Filsafat

    Universitas Gadjah Mada

    Gd. Notonagoro (unit A) lt.2

    Jl. Olahraga No.1 Bulaksumur Yogyakarta 55281

     lab-lafinus.filsafat@ugm.ac.id

    © Universitas Gadjah Mada

    KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

    [EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju