Manusia dalam hidup ini pasti mengalami kesedihan dan kesenangan silih berganti. Manusia senang ketika keinginantercapai dan kecewa ketika keinginan gagaldiraih.Menurut Ki Ageng Suryomentaram karena keinginan itu bila terpenuhi, terus akan muncul keinginan baru lagi (mulur), maka Beliau menawarkan suatu konsepsi bahwa untuk menjaga keseimbangan supaya tetap bahagia maka keinginan harus disusutkan (mungkret).Tidak perlu terlalu kecewa saat kesedihan menghampiri dan tidak menyombongkan diri saat mencapai kesuksesan,karena susah dan senang itutidak menetap selamanya dalam hidup ini. Itulah sepenggal eksplorasi filosofi mulur mungkretyang disampaikan oleh Irfan Afifi, (alumnus Filsafat UGM,pelajar Kawruh Jiwa,founderlanggar.co (Suluk Kebudayaan Indonesia),dalam diskusi Serial Kajian Tokoh Nusantara “Filsafat Hidup Ki Ageng Suryomentaram dan RMP Sosrokartono Serta Kontribusinya bagi Pengembangan Filsafat Nusantara” yang diselenggarakan oleh Lafinus Filsafat UGM, Jumat, 24 Juli 2020 melalui daring.Diskusi diikuti oleh 100 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, dan terlihat peserta sangat antusias mengikuti diskusi dari awal hingga akhir.
Selain filsafat hidup Ki Ageng Suryomentaram, dalam kajian ini juga dieksplorasi filsafat hidup RMP Sosrokartono oleh Dr. Fahruddin Faiz(Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Eyang Sosrokartono adalah manusia alternative yang benar-benar telah selesai dalam dirinya. Sosrokartono mengajarkan kita semua untuk sugih tanpo bondo (manusia kaya itu tidak harus memiliki harta yang banyak melainkan banyak teman yang baik hati dan ilmu yang bermanfaat), digdoyo tanpo aji (manusia yang kuat itu memiliki tekad yang kuat, ikhlas dan niat yang baik), nglurung tanpo bala (menyerang tanpa menggunkan bala tentara, namun menyentuh hatinya untuk menaklukannya), menang tanpo ngasorake(saat dikalahkan tidak merasa malu namun mereka yang dikalahkan merasa selalu membutuhkan kita).Keempat ajaran ini menurut Fahrudin Faiz layak disebut Etika Sosial yang sangat relevan untuk generasi kekinian. Selain keempat ajaran tersebut filsafat hidup RMP Sosrokartono di antaranya adalah bahwa titah manusia dihadapan Tuhanitutiada berbeda, tiada yang saling mengungguli. Didalam tubuh setiap manusia memiliki potensi besar untuk menjadi manusia berguna bagi sesamanya, untuk itu sudah selayaknya manusia menerapkan ajaran kantong bolong, artinya bila dia mendapatkan rezeki apapun,seharusnya segera dibagikan kepada sesamanyaa dan jangan ditahan dalam saku pribadi.
Diskusi menarik yang dipandu oleh Dela Khoirul Ainia, S.Filini dibuka oleh Dr. Heri Santoso selaku Kepala Lafinus Filsafat UGM dan dipantik oleh Dr. Arqom Kuswanjono, Dekan sekaligus peneliti filsafat nusantara. Ekplorasi filsafat hidup Ki Ageng Surtomentaram dan RMP Sosrokartono ini diharapkan dapat menjadi ensiklopedia digital yang bisa menjadi referensi pemikiran alternatif dan solutif ala filsafat nusantara khususnya bagi generasi muda dalam menghadapi problematika kehidupannya (KP/HS)