Ada tiga pelajaran berharga yang dapat dipetik dari diskusi kajian serial tokoh nusantara ini menurut Dr. Ir. Gendut Suprayitno, tokoh The Indonesia Intitute For Corporate Governance (IICG)), yang menjadi pembahas dalam diskusi ini. Pertama, kajian tokoh ini menunjukkan betapa pentingnya stimulasi intelektual dan pengetahuan yang sangat berharga dari Pangeran Diponegoro, Gadjah Mada dan Prabu Airlangga dalam konteks masa kini dan masa depan. Kedua, idealisasi pengaruh. artinya stimulan intelektual tersebut diharapkan terus berpengaruh, karena tokoh-tokoh tersebut namanya diabadikan menjadi nama perguruan tinggi PTN_BH di Indonesia yaitu UNDIP, UGM, dan UNAIR, yang masih eksis, senantiasa terus tumbuh dan berkembang. Ketiga, pentingnya motivasi inspirasional artinya nilai-nilai luhur tersebut dapat menjadi motivasi untuk pengembangan system tata nilai, renstra (rencana strategis), dan capaian masing-masing perguruan tinggi.
Gagasan di atas mengemuka dalam Diskusi serial kajian tokoh Nusantara yang diselenggarakan Lafinus Filsfat UGM yang mengangkat tema “Filosofi Airlangga, Gadjah Mada, dan Diponegoro: Relevansinya Pada Masa Kini dan Masa Depan” pada Jumat, 19 Februari 2021. Diskusi kajian tokoh ini menghadirkan Prof. Dr. Iriyanto Widisuseno (Guru Besar Universitas Diponegoro), Dr. Heri Santoso (Kepala Lafinus FIlsafat UGM), dan Dr. Listiono Santoso (WD I FIB Universitas Airlangga) sebagai narasumber, serta Dr. Ir. Gendut Suprayitno, M.M (Rektor ISTN Jakarta, Periode 2008-2012) sebagai pembahas. Diskusi diawali pengantar oleh Dekan Fakultas Filsafat UGM, Dr. Arqom Kuswanjono dengan moderator Dela Khoirul Ainia, S.Fil. (Mahasiswa S2 Filsafat UGM). Diskusi yang dilakukan secara daring ini, disambut secara antusias oleh 70-an peserta dari berbagai penjuru nusantara.
Ada hal yang menarik untuk digali lebih mendalam mengapa para tokoh-tokoh bangsa ini memilih nama-nama besar seperti Airlangga, Gajah Mada, Pangeran Diponegoro dll dijadikan nama perguruan tinggi, demikian ungkap Dr. Arqom Kuswanjono, ketika mengantarkan diskusi. Kajian ini diharapkan mampu mengungkap filsafat tersembunyi untuk direfeksikan dan direlevansikan dalam konteks masa kini dan masa depan. Ada aspek-aspek yang tidak semata-mata rasional saja, tetapi ada aspek values yang sangat penting untuk digali dan dikembangkan.
Menjawab harapan dari Dekan Filsafat di atas, Prof. Irianto Widisuseno yang menunjukkan filosofi tersembunyi dari sosok pribadi dan filosofi kehidupan Pangeran Diponegoro yang masih sangat relevan, terutama bagi pengembangan Undip Semarang, yaitu dalam rangka mengembangkan karakter lulusan dan pengembangan budaya kampus, baik budaya kerja maupun budaya akademik. Pangeran Diponegoro mengajarkan pentingnya semangat perjuangan, jujur, adil, peduli pada rakyat, egaliter, moderat, berkomitmen pada budaya, fleksibel, dan nasionalis. Nilai keteladanan dari Pangeran Diponegoro dapat dijadikan sebagai core value Undip dan dikemas menjadi jati diri lulusan Undip yaitu Complete yang merupakan singkatan dari seorang communicator, professional, leader, entrepreneur, dan thinker.
Sementara itu filosofi Mahapatih Gajah Mada dipaparkan oleh Dr. Heri Santoso, yang merujuk pada pemikiran M. Yamin, Bung Karno, dan Prof. Herman Yohanes. Sekedar sebagai contoh, Heri menujukkan wasiat Bung Karno pada sivitas akademika UGM pada saat peresmian Gedung Pusat UGM, tanggal 19 Desember 1959, yang pada intinya sivitas akademika UGM seharusnya meneladani ajaran sang Maha Patih, yaitu: Sumpah tan amukti palapa (tidak bernikmat-nikmat, sebelum tercapai cita-cita, atau asketisme ilmiah, -red), trisna tan satrisna (tidak pilih kasih atau bersikap objektif), Haniaaken musuh (menyingkirkan musuh, di masa lalu musuh kita kolonialisme dan kapitalisme, musuh kita sekarang adalah pandemi Covid-19, kebodohan, kemiskinan, dll.), satyaha prabu (nasionalis, setia pada negara), ginong pratidina (produktif, kreatif dan inovatif). Kiranya ajaran Mahapatih Gajah Mada tersebut masih sangat relevan untuk dijadikan etos kerja dan etos akademik dalam konteks kekinian dan masa depan.
Senada dengan pembicara sebelumnya, Dr. Listiyono Santoso menunjukkan betapa luar biasanya Prabu Airlangga yang merupakan sosok raja yang religius, arif dan bijaksana, intelek, peduli pada tertib sosial, pemersatu masyarakat, pemimpin yang berani, tegas dan berwibawa. Listiyono menunjukkan beberapa contoh betapa Prabu Airlangga sangat intelek, peduli pada rakyat dan berfikir futuristik. Intelektual itu ditunjukkan oleh Airlangga pada masanya menggubah beberapa kakawin contohnya Kakawin Arjuna Wiwaha. Kepedulian pada rakyat dan pemikiran futuristiknya terlihat ketika Airlangga memerintahkan membangun system persawahan, membuat bendungan, memindah ibu kota ke pedalaman, membuat pelabuhan dan transportasi internasional, dll Listiyono mengungkapkan kegelisahannya, mengapa warisan budaya masa lalu yang begitu hebat tidak bisa berkembang dan berkelanjutan sampai sekarang. Ini menjadi tantangan kita bersama. (KP, HS, & DK)