Serial Kajian Tokoh Nusantara pada hari Jumat 02 Juli 2021, Laboratorium Filsafat Nusantara (LAFINUS) UGM menghadirkan Dr. Fahruddin Faiz, M.Ag (Dosen Filsafat UIN Sunan Kalijaga), Dr. Arif Ahyat, M.A (Dosen FIB Universitas Gadjah Mada), Dr. Agus Himawan Utomo, M.Ag (Dosen Filsafat Universitas Gadjah Mada) sebagai narasumber pada tema “Filosofi Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus Relevansinya bagi Filsafat Nusantara”. Diskusi yang diberi pengantar oleh Dekan Fakultas Filsafat UGM, Dr. Arqom Kuswanjono dan dipandu oleh moderator Kusuma Putri, S.Fil ini dihadiri oleh 50an peserta dari seluruh penjuru nusantara, baik mahasiswa, dosen, dan umum. Gagasan yang sangat ciamik disuguhkan dalam liputan ini, diantaranya :
Filsafat Nusantara Bagai Samudra Luas yang Patut Diselami
Diskusi diawali oleh pengantar Dekan Fakultas Filsafat UGM, Dr. Arqom Kuswanjono dengan memberikan penjelasan terkait pentingnya filsafat nusantara, dan baginya filsafat nusantara ini bagaikan samudra luas yang patut diselami karenanya dibutuhkan kolaborasi dan kemauan kuat untuk terus menggali sumber-sumber filsafat nusantara melalui pemikiran tokoh nusantara. Dalam diskusi Filosofi Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus ini menurutnya sebagai langkah efektif dalam memberikan referensi keilmuan dan akademik terkait pemikiran tokoh nusantara yang memiliki peran besar dalam penyebaran agama Islam di nusantara ini. Filsafat nusantara dengan keluasannya bagai samudra, memberikan ruang-ruang khusus bagi siapapun yang ingin terus menggali filsafat dari tanah air ini. Dengan keluasannya tentu memberikan kesempatan bagi siapapun yang ingin mengambil peran dalam pengembangan filsafat nusantara, sehingga mampu menjadi ensiklopedia digital sebagaimana yang telah digagas oleh Laboratorium Filsafat Nusantara (LAFINUS) UGM
Filosofi Sunan Kalijaga
Dosen UIN Sunan Kalijaga, Dr. Fahruddin Faiz, M.Ag memaparkan terkait pemikiran filosofis Sunan Kalijaga yang diawali dengan gagasannya bahwa filsafat nusantara bukan hanya sekedar konservasi melainkan harus berkembang menjadi emansipasi sehingga melalui filsafat nusantara ini mampu mengubah pandangan dunia. Masuk dalam penjelasan terkait filosofi Sunan Kalijaga, Dr. Fahruddin Faiz menunjukkan bahwa Islam mudah masuk di Jawa karena memang memiliki kedekatan dengan tasawuf, hal ini karena Jawa terbiasa dengan hal-hal yang sifatnya kebatinan. Selain itu, strategi dakwah yang cair membuat Islam mudah diterima di Jawa. Fahruddin mengatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah satu-satu wali yang asli keturunan Jawa, Sunan Kalijaga juga merupakan wali yang paling membumi karena strategi budayanya yang apik dengan prinsip tutwuri handayani, tutwuri hangiseni. Konsep dakwah Sunan Kalijaga ini menggunakan metode; momor (membaur dan tidak eksklusif), momong (pelan-pelan membuka potensi), momot (mampu menampung situasi orang lain dan tidak mudah menyalahkan). Sunan Kalijaga menggunakan konsep tersebut sebagai penekanan bahwa Jawa sebagai wadah dan Islam sebagai isi.
Adapun pemikiran filosofis dari Sunan Kalijaga terbagi dalam berbagai aspek diantaranya; Kebenaran mendalam universal yang terdapat dalam istilah kasunyatan, sangkan paraning dumadi dll., Relasi manusia dengan alam dapat dijumpai pada istilah memayu hayuning bawana, Relasi manusia dengan Tuhan hadir dalam manunggaling kawula gusti, kemudian hidup ini bagaikan sebuah siklus yang terus berputar (cakra manggilingan), dan yang paling penting bahwa manusia harus menang atas dirinya sendiri dalam melawan hawa nafsu (tapa, prihatin, dan tirakat). Dr. Fahruddin Faiz sebagai penutupnya menyampaikan bahwa ajaran filosofi Sunan Kalijaga amat relevan dengan kondisi saat ini, salah satunya “Anglaras Ilining Banyu, Angeli Ananging Ora Keli” yang berasal sari Serat Lokajaya. Artinya mari kita hidup untuk senantiasa mengikuti zaman tapi jangan sampai tenggelam dalam arus, kita harus memiliki nilai budaya yang luhur. Tetap tegak meski mengalir.
Filosofi Sunan Kudus
Dr. Arif Ahyat, M.A Dosen FIB Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa Sunan Kudus memiliki peranan penting, khususnya dalam hal strategi politik. Sunan Kudus pun harus melakukan penyesuaian dengan lingkungan sekitar, salah satunya dengan tidak ikut memakan daging sapi untuk menjaga perasaan masyarakat yang mengajarkan untuk tidak memakan daging sapi. Sunan Kudus merupakan satu-satunya wali yang sekaligus menjadi ulama yang menguasai berbagai macam ilmu. Selain itu, Sunan Kudus juga menjadi guru spiritual bagi Ratu Kalinyamat yang dinilai offensive.
Dr. Arif Ahyat menambahkan bahwa Sunan Kudus telah memberikan pemaknaan filosofis pada Gusnigang (bagus, ngaji, dan berdagang) sebagai bentuk spirit filsafat hidup. Selain itu, Sunan Kudus pula menghadirkan pemaknaan filosofis melalui tembang “maskumambang” emas yang terapung bagaikan janin di dalam kandungan yang menunjukkan adanya interelasi kebahagiaan, kecemasan, dan harapan). Kemudian hadir pula dalam tembang mijil yang menjelaskan bahwa manusia meruang dan mewaktu dalam dimensi spasial dan temporal. Empan papan, bener pener yang mengarahkan manusia untuk mengetahui konteks kediriannya karena manusia modern saat ini kehilangan konteks dalam dirinya, sehingga ajaran Sunan Kudus ini mampu membendung semua perubahan yang mulai mengantarkan manusia menjadi individu yang tidak meruang dan mewaktu.
Sumbangan Kedua Tokoh dalam Filsafat Nusantara
Dr. Agus Himawan Utomo, M.Ag sebagai pembahas dalam diskusi kajian tokoh ini dengan menarik benang merah perihal sumbangsih pemikiran kedua tokoh dalam filsafat nusantara, baginya kedua tokoh sangat efektif dalam membawa misi dakwah melalui metode yang berbeda, karena Sunan Kalijaga menggunakan strategi budaya sedangkan Sunan Kudus menggunakan strategi politis. Disamping itu semua, kedua tokoh memberikan penekanan pada dimensi kemanusiaan yang mewarnai strategi dakwahnya yakni penekanan pada sikap toleransi dan transendensi diri.
Dr. Agus Himawan Utomo pun menegaskan bahwa kontribusi positif dari pemikiran kedua tokoh bagi filsafat nusantara dapat menjadi referensi akademis dikarenakan sulitnya sumber referensi utama karya terkait dan kurang dikenali oleh generasi muda saat ini. Adapun upaya yang mampu menunjang bagi pengembangan filsafat nusantara ialah penulisan dan penyusunan naskah, penyebaran tauladan (best practice), dan penyusunan pokok-pokok pikir keduanya.Melalui diskusi kajian tokoh ini, nampak jelas bahwa ada upaya strategis yang dilakukan LAFINUS UGM dalam mengkaji dan menyusun ensiklopedia digital fiilsafat nusantara untuk menambah referensi bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan penyebaran sikap tauladan tokoh-tokoh nusantara.
(HS/KP/DK)