Pelatihan membangun jiwa merdeka melalui kecerdasan holistik berbasis filsafat nusantara yang dilakukan secara daring (virtual training) pada senin (06 Juli 2020) telah sukse diselenggarakan Laboratorium Filsafat Nusantara Fakultas Filsafat UGM. Pelatihan Membangun JIWA MERDEKA melalui Pengembangan Kecerdasan Holistik Berbasis Filsafat Nusantara bagi Dosen se-Indonesia” yang dibersamai langsung oleh tiga traniner dan satu fasilitator yaitu Dr. Arqom Kuswanjono (Dekan Filsafat UGM), Dr. Heri Santoso (Kepala Lafinus UGM), Surono, M.A ( Mahasiswa S3 Filsafat UGM) dan Dr. Hastangka, M.Phil (Relawan Lafinus UGM). Sebanyak kurang lebih 70 dosen dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia bergabung dalam pelatihan ini dengan sangat antusias, dan tak jarang diantara peserta saling berbagi kisah terkait permasalahan mereka di kampus maupun permasalahan pribadi. Hal terpenting yang menjadi tujuan dalam pelatihan ini adalah untuk bisa membawakan mata kuliah dengan metode yang menyenangkan serta mengekplorasi lebih dalam terkait fungsi kecerdasan secara komprehensif, diantaranya kecerdasan holistik yang didalamnya terdapat kecerdasan spiritual, emosional, daya juang dan intelektual. Dalam acara ini turut serta wakil rektor bidang pendidikan, pengajaran dan kemahasiswaan UGM Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr untuk menyampaikan pesan dan harapannya bahwa kedepan Lafinus UGM bisa menjadi pusat kajian big data terkait Filsafat Nusantara serta pelatihan ini bisa menjadikan dosen diseluruh Indonesia bersinergi untuk mengoptimalkan potensi dari kecerdasan holistik yang berbasis nusantara ini, sehingga konsep merdeka dalam kegiatan belajar mengajar bisa berjalan optimal dan gtentunya memerdekakan dosen dan mahasiswa untuk terus berinovasi dengan karakter kenusantaraan yang baik.
Dalam pelatihan ini terdapat keynotespeechyang disampaikan oleh sekretaris dewan guru besar UGM Prof. Dr. Gunawan Sumodiningrat, M.Ec., Prof. Gunawan menyampaikan bahwa Jiwa Merdeka itu terlahir melalui sinergi antara cipta, rasa, dan karsa. Hal ini dikarenakan ketika ingin memiliki jiwa merdeka maka harus memiliki sinergi yang serba baik terkait tiga hal tersebut, karena kebaikan adalah wujud dari meniru sifat Tuhan Yang Maha Esa. Meniru sifat kebaikan Tuhan harus dilakukan saat ini, besok, dan selamanya sepanjang masa. Prof. Gunawan juga menjelaskan bahwa tujuan dari kesejahteraan sosial sesungguhnya terkait dengan kebahagian sehingga jiwa yang merdeka harus mengupayakan yang terbaik untuk mendapatkan kebahagiaan itu dengan terus berbuat baik, berusaha dengan baik, dan berbagi dengan cara yang baik pula serta tidak mudah menyerah “ojo uwes nek durung uwes”. Selanjutnya, Prof. Gunawan menambahkan ada empat dasar konsensus bangsa ini yaitu mewujudkan manusia, insan kamil berbudi luhur, mandiri dan professional. Dengan demikian, semua perubahan yang ingin dicapai memang harus dimulai dari sendiri, diri yang memiliki jiwa merdeka dan meniru sifat-sifat Tuhan Yang Maha Esa. Doing best make happy! Nandur Becik.
Dosen harus memiliki jiwa merdeka, karena ketika merdeka dosennya maka aktivitas akademik akan berjalan dengan baik, dan mengarah pada tujuan yang baik. Setiap pengajaran yang dosen berikan akan menjadi tinta kebaikan bagi mahasiswa untuk disampaikan lebih luas lagi bagi kehidupan masyarakat, karena untuk membentangkan kebaikan yang lebih luas dan berdampak, dibutuhkan jiwa-jiwa yang merdek serta memiliki karakter yang meniru sifat Tuhan. Kemajuan bangsa tidak bisa berjalan begitu saja tanpa adanya sinergi dan kolaborasi antar elemen masyarakat termasuk dosen dan mahasiswanya. Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya! Karena merdeka dosennya, merdeka mahasiswanya. Merdeka dosennya, merdeka kampusnya. Dan merdeka dosennya, merdeka bangsanya!