“Sungguh luar biasa belajar bersama, banyak ilmu yang saya dapat, belajar bersyukur, belajar bersabar meskipun kadang tak menyenangkan, dan kamu akan menjadi kuat bila terus pasrah pada-NYA. Kunci hidup adalah tidak membenci, mengeluh, berprasangka baik, merendah diri, mudah memaafkan, bersedekah banyak senyum, tidak dengki dan iri hati”, demikian salah satu testimoni guru Paud yang mengikuti ToT Membangun Kecerdasan Holistik Dalam Rangka Mengatasi Dampak Pandemi Covid-19 bagi Guru Paud se-DIY, Jumat 17 Juli 2020, jam 08.00-11.30 via daring.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Education For Sustainable Development Direktorat Pengabdian Pada Masyarakat UGM bekerjasama dengan Himpunan Guru-Guru Pendidikan Anak Usia Dini se DIY (HIMPAUDI) dan didukung oleh Laboratorium Filsafat Nusantara (Lafinus) Fakultas Filsafat UGM. Sekalipun kegiatan ini dilaksanakan melalui daring via zoom meeting, terlihat para peserta yang berjumlah 30an peserta dari kabupaten dan kota di Yogyakarta ini tampak semangat. Narasumber yang terdiri dari Dr Heri Santoso, Surono, MA, Dr. Hastangka, Zamzawi Uwiyati Darojad, SAg. Dibantu tim Fasilitator yaitu Dela dan Kusuma terlihat piawai mengaduk-aduk rasa para peserta, sehingga terlihat banyak di antara peserta yang berderai air matanya.
Menurut konseptor sekaligus penanggungjawab kegiatan, Dr. Heri Santoso, substansi pelatihan ini adalah membangun kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, kinestetik, dan ketangguhan sebagai upaya untuk membantu para guru dan pengelola Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) di DIY. Kegiatan pelatihan ini merupakan tindak lanjut dari FGD yang pernah diselenggarakan sebelumnya, 30 Juni 2020. Dari FGD tersebut diperoleh kesimpulkan bahwa para pengelola dan guru PAUD di DIY merasakan dampak yang berat dan signikan akibat pandemi covid-19. “Pada masa sebelum pandemi saja, kami ini masih mengalami masalah berat dan besar untuk bisa tetap survive menyelenggarakan PAUD, apalagi dengan adanya dampak pandemi ini, beban pengelola dan guru Paud semakin besar. Di satu pihak harus bertahan, namun di lain pihak pendapatan berkurang drastis” demikian salah satu ungkapan peserta FGD itu. Pengelola PAUD dihadapkan masalah berat dan kompleks, karena harus menggaji guru dan sekaligus membiayai operasional penyelenggaraan pendidikan di rumah. Selain masalah di atas ada masalah metode yang dihadapi oleh guru Paud, yaitu tidak semua orang tua siswa siap dan kooperatif dalam menyelenggarakan pembelajaran di rumah. Beberapa daerah terkendala teknis apabila harus melalui daring, beberapa daerah terkendala bila harus melalukan kunjungan ke rumah atau siswa secara bergiliran bermain di sekolah dll. Beban berat itu dirasakan betul oleh para guru dan pengelola PAUD, maka kegiatan elatihan ini, merupakan salah satu di antara beberapa langkah yang akan ditempuh untuk menguatkan jiwa-jiwa guru PAUD agar tetap tegar dan kuat menyelesaikan berbagai persoalan yang tengah dihadapi
Menurut Ketua Himpaud DIY, Zamzawi Ulwiyati Darojad, S.Ag, ”Himpaudi sekarang ini sedang berjuang secara konstitusional untuk mendapatkan payung hukum berupa UU PAUD. Guru PAUD belum bisa dilindungi dengan UU Guru dan Dosen. Jika PT punya UU Pendidikan Tinggi, kami PAUD belum memiliki UU. Untuk itu kami masih terus berjuang untuk mendapatkan payung hukum tersebut, tentu memerlukan langkah panjang”. Himpaud DIY mengapresiasi UGM, terutama Lafinus Fakultas Filsafat UGM yang memiliki kepedulian untuk membantu para pengelola dan guru PAUD yang mengalami dampak pandemic covid-19 ini. Pelatihan terlihat sangat berkesan dan diakhiri dengan yel-yel yang menarik ”…. Merdeka gurunya… merdeka siswanya… merdeka gurunya…. Merdeka Paudnya… merdeka gurunya… merdeka bangsanya..”
Bulaksumur, 17 Juli 2020