“Pelatihan ini mengajarkan kita untuk bekerja dengan tulus dan ikhlas. Selain itu, pelatihan ini membuatkita termotivasi”,demikiantestimoni dari Uwarwanto salah seorang pamong desayang mengikuti pelatihan JIWA MERDEKA bagi Pamong Desa Guwosari Pajangan Bantul” Senin 27 Juli 2020 di Guwosari Training Center, Pajangan, Bantul, DIY. Sekalipun masih dalam suasana pandemi covid-19, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yaitu dengan peserta terbatas, menjaga jarak fisik, dan tetap memakai masker. Pelatihan ini dilaksanakan yang diselenggarakan di alam semi terbuka sehat, sejuk, dan asri ini terselenggara berkat gotong royong dari berbagai pihak dan tokoh yang memiliki komitmen untuk membangun desa. Di antara pihak yang mendukung acara ini antara lain Prof. Gunawan Sumodiningrat (FEB UGM), Prof. Totok Gunawan (Fak Geografi UGM, Eko Suwardi, Ph.D (Dekan FEB UGM), Dr. Arqom Kuswanjono (Dekan Filsafat UGM), Dr. Heri Santoso (Lafinus Filsafat UGM), beberapa tokoh, pengusaha, dan pamong desa Guwosari, Pajangan Bantul.
July
Ekplorasi Filsafat Hidup Ki Ageng Suryomentaram dan RMP Sosrokartono
Kegiatan Lafinus Saturday, 25 July 2020
Manusia dalam hidup ini pasti mengalami kesedihan dan kesenangan silih berganti. Manusia senang ketika keinginantercapai dan kecewa ketika keinginan gagaldiraih.Menurut Ki Ageng Suryomentaram karena keinginan itu bila terpenuhi, terus akan muncul keinginan baru lagi (mulur), maka Beliau menawarkan suatu konsepsi bahwa untuk menjaga keseimbangan supaya tetap bahagia maka keinginan harus disusutkan (mungkret).Tidak perlu terlalu kecewa saat kesedihan menghampiri dan tidak menyombongkan diri saat mencapai kesuksesan,karena susah dan senang itutidak menetap selamanya dalam hidup ini. Itulah sepenggal eksplorasi filosofi mulur mungkretyang disampaikan oleh Irfan Afifi, (alumnus Filsafat UGM,pelajar Kawruh Jiwa,founderlanggar.co (Suluk Kebudayaan Indonesia),dalam diskusi Serial Kajian Tokoh Nusantara “Filsafat Hidup Ki Ageng Suryomentaram dan RMP Sosrokartono Serta Kontribusinya bagi Pengembangan Filsafat Nusantara” yang diselenggarakan oleh Lafinus Filsafat UGM, Jumat, 24 Juli 2020 melalui daring.Diskusi diikuti oleh 100 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, dan terlihat peserta sangat antusias mengikuti diskusi dari awal hingga akhir.
Selain filsafat hidup Ki Ageng Suryomentaram, dalam kajian ini juga dieksplorasi filsafat hidup RMP Sosrokartono oleh Dr. Fahruddin Faiz(Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Eyang Sosrokartono adalah manusia alternative yang benar-benar telah selesai dalam dirinya. Sosrokartono mengajarkan kita semua untuk sugih tanpo bondo (manusia kaya itu tidak harus memiliki harta yang banyak melainkan banyak teman yang baik hati dan ilmu yang bermanfaat), digdoyo tanpo aji (manusia yang kuat itu memiliki tekad yang kuat, ikhlas dan niat yang baik), nglurung tanpo bala (menyerang tanpa menggunkan bala tentara, namun menyentuh hatinya untuk menaklukannya), menang tanpo ngasorake(saat dikalahkan tidak merasa malu namun mereka yang dikalahkan merasa selalu membutuhkan kita).Keempat ajaran ini menurut Fahrudin Faiz layak disebut Etika Sosial yang sangat relevan untuk generasi kekinian. Selain keempat ajaran tersebut filsafat hidup RMP Sosrokartono di antaranya adalah bahwa titah manusia dihadapan Tuhanitutiada berbeda, tiada yang saling mengungguli. Didalam tubuh setiap manusia memiliki potensi besar untuk menjadi manusia berguna bagi sesamanya, untuk itu sudah selayaknya manusia menerapkan ajaran kantong bolong, artinya bila dia mendapatkan rezeki apapun,seharusnya segera dibagikan kepada sesamanyaa dan jangan ditahan dalam saku pribadi.
Diskusi menarik yang dipandu oleh Dela Khoirul Ainia, S.Filini dibuka oleh Dr. Heri Santoso selaku Kepala Lafinus Filsafat UGM dan dipantik oleh Dr. Arqom Kuswanjono, Dekan sekaligus peneliti filsafat nusantara. Ekplorasi filsafat hidup Ki Ageng Surtomentaram dan RMP Sosrokartono ini diharapkan dapat menjadi ensiklopedia digital yang bisa menjadi referensi pemikiran alternatif dan solutif ala filsafat nusantara khususnya bagi generasi muda dalam menghadapi problematika kehidupannya (KP/HS)
URGENSI PENGEMBANGAN FILSAFAT ILMU BERBASIS KEINDONESIAAN PADA PERGURUAN TINGGI
Kerjasama Friday, 24 July 2020
Terdapat banyak problem filosofis dalam pengembangan ilmu pada perguruan tinggi di Indonesia, baik pada tataran aksiologis, epistemologis,metodologis, maupun ontologis keilmuan. Untuk mengatasi problem tersebut diperlukan konsep filsafat ilmu yang relevan. Konsep filsafat Ilmu yang berparadigma Pancasila kiranya relevan untuk dihadirkan dalam rangka menjawab berbagai persoalan tersebut, karena berangkat dari persoalanreal dan pergulatan pemikiran yang lahir,tumbuh dan berkembang berbasis ke-Indonesiaan. Beberapa pemikir Indonesia telah merintis gagasan tersebut, antara lain Prof Notonagoro yang menawarkan Filsafat Pancasila, Prof. Mubyarto menawarkan konsep Ilmu Ekonomi Pancasila, Prof. Kuntowijoyo menawarkan konsep Ilmu Sosial Profetik, dll. Berbagai pemikiran ilmiah tentang Pancasila dan berbagai pemikiran ilmiah yang dikembangkan melalui pemikiran Pancasila inilah yang diperkenalkan dengan sebutan ilmu kepancasilaan, meskipun tidak harus diberi label Pancasiladalam setiap penggunaannya. Demikian salah satu gagasan yang dilontarkan oleh Dr. Heri Santoso, dosen filsafat, sekaligus sebagai Kepala Lafinus Fakultas Filsafat UGM dalam “Workshop Pengembangan Ilmu Kepancasilaan bagi Dosen dan Mahasiswa Pascasarjana”, di Universitas Negeri Padang, Kamis 23 Juli 2020, jam 13.00-15.30 WIB, melalui daring.
Senada dengan gagasan di atas, Dr. Arqom Kuswanjono (Dekan Fakultas Filsafat UGM) yang juga berperansebagai narasumber dalam Workshop tersebut menambahkan bahwa ilmu kepancasilaan dapat dikembangkan dalam pendidikan dan pengajaran di Perguruan Tinggi. Selain diketahuisebagai Dasar Negara, Ideologi Negara, dan Pandangan Hidup Bangsa, Pancasila jugadapatdikembangkan sebagai dasar pengembangan ilmu di Indonesia. Idealnya pendidikan Pancasila dapat diarahkanuntuk pengembangan pola pikir keilmuan yang didasari Pancasila, sekaligus untuk pengembangandan penguatankarakter atau kepribadian mahasiswa.
Selain dua narasumber dari Fakultas Filsafat UGM, Workshop juga ini menghadirkan narasumber dari UNP Padang antara lain Prof. Azwar Ananda, M.A, Dr. Maria Montessori, M.Ed., M.Si., dengan dipandu moderator Susi Fitria Dewi, S.Sos., M.Si, Ph.D. Workhsop yang dihadiri 50-an peserta yang terdiri dari dosen dan mahasiswa pasca sarjana ini dibuka oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang, Dr. Siti Fatimah, M.Pd., M.Hum.
Menurut penyelenggara Dr. Junaidi Indrawadi MA., Kepala Pusat Kajian Pancasila UNP, Workshop ini merupakan hasil kerjasama Pusat Kajian Pancasila UNP, Lafinus Fakultas Filsafat UGM, Prodi S1 dan S2 PPKn Fakultas Ilmu Sosial UNP. Ada sejumlah kegiatan kerjasama antara UNP dan UGM, khususnya Fakultas Filsafat UGM, antara lain Pelatihan Membangun Jiwa Merdeka bagi Guru PPKn SMP se Sumatera Barat, 23 Juli 2020, Jam 08.00-11.45 WIB. Kedua kegiatan kerjasama ini mendapat respon sangat baik dari peserta dan pimpinan Universitas, maka akan ditindaklanjuti dalam berbagai kegiatan lanjutan lainnya (HS)
MODEL MEMERDEKAKAN JIWA GURU PAUD SE-DIY DALAM MENGATASI DAMPAK PANDEMI COVID -19
PengabdianUncategorized Sunday, 19 July 2020
“Sungguh luar biasa belajar bersama, banyak ilmu yang saya dapat, belajar bersyukur, belajar bersabar meskipun kadang tak menyenangkan, dan kamu akan menjadi kuat bila terus pasrah pada-NYA. Kunci hidup adalah tidak membenci, mengeluh, berprasangka baik, merendah diri, mudah memaafkan, bersedekah banyak senyum, tidak dengki dan iri hati”, demikian salah satu testimoni guru Paud yang mengikuti ToT Membangun Kecerdasan Holistik Dalam Rangka Mengatasi Dampak Pandemi Covid-19 bagi Guru Paud se-DIY, Jumat 17 Juli 2020, jam 08.00-11.30 via daring.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Education For Sustainable Development Direktorat Pengabdian Pada Masyarakat UGM bekerjasama dengan Himpunan Guru-Guru Pendidikan Anak Usia Dini se DIY (HIMPAUDI) dan didukung oleh Laboratorium Filsafat Nusantara (Lafinus) Fakultas Filsafat UGM. Sekalipun kegiatan ini dilaksanakan melalui daring via zoom meeting, terlihat para peserta yang berjumlah 30an peserta dari kabupaten dan kota di Yogyakarta ini tampak semangat. Narasumber yang terdiri dari Dr Heri Santoso, Surono, MA, Dr. Hastangka, Zamzawi Uwiyati Darojad, SAg. Dibantu tim Fasilitator yaitu Dela dan Kusuma terlihat piawai mengaduk-aduk rasa para peserta, sehingga terlihat banyak di antara peserta yang berderai air matanya.
Menurut konseptor sekaligus penanggungjawab kegiatan, Dr. Heri Santoso, substansi pelatihan ini adalah membangun kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, kinestetik, dan ketangguhan sebagai upaya untuk membantu para guru dan pengelola Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) di DIY. Kegiatan pelatihan ini merupakan tindak lanjut dari FGD yang pernah diselenggarakan sebelumnya, 30 Juni 2020. Dari FGD tersebut diperoleh kesimpulkan bahwa para pengelola dan guru PAUD di DIY merasakan dampak yang berat dan signikan akibat pandemi covid-19. “Pada masa sebelum pandemi saja, kami ini masih mengalami masalah berat dan besar untuk bisa tetap survive menyelenggarakan PAUD, apalagi dengan adanya dampak pandemi ini, beban pengelola dan guru Paud semakin besar. Di satu pihak harus bertahan, namun di lain pihak pendapatan berkurang drastis” demikian salah satu ungkapan peserta FGD itu. Pengelola PAUD dihadapkan masalah berat dan kompleks, karena harus menggaji guru dan sekaligus membiayai operasional penyelenggaraan pendidikan di rumah. Selain masalah di atas ada masalah metode yang dihadapi oleh guru Paud, yaitu tidak semua orang tua siswa siap dan kooperatif dalam menyelenggarakan pembelajaran di rumah. Beberapa daerah terkendala teknis apabila harus melalui daring, beberapa daerah terkendala bila harus melalukan kunjungan ke rumah atau siswa secara bergiliran bermain di sekolah dll. Beban berat itu dirasakan betul oleh para guru dan pengelola PAUD, maka kegiatan elatihan ini, merupakan salah satu di antara beberapa langkah yang akan ditempuh untuk menguatkan jiwa-jiwa guru PAUD agar tetap tegar dan kuat menyelesaikan berbagai persoalan yang tengah dihadapi
Menurut Ketua Himpaud DIY, Zamzawi Ulwiyati Darojad, S.Ag, ”Himpaudi sekarang ini sedang berjuang secara konstitusional untuk mendapatkan payung hukum berupa UU PAUD. Guru PAUD belum bisa dilindungi dengan UU Guru dan Dosen. Jika PT punya UU Pendidikan Tinggi, kami PAUD belum memiliki UU. Untuk itu kami masih terus berjuang untuk mendapatkan payung hukum tersebut, tentu memerlukan langkah panjang”. Himpaud DIY mengapresiasi UGM, terutama Lafinus Fakultas Filsafat UGM yang memiliki kepedulian untuk membantu para pengelola dan guru PAUD yang mengalami dampak pandemic covid-19 ini. Pelatihan terlihat sangat berkesan dan diakhiri dengan yel-yel yang menarik ”…. Merdeka gurunya… merdeka siswanya… merdeka gurunya…. Merdeka Paudnya… merdeka gurunya… merdeka bangsanya..”
Bulaksumur, 17 Juli 2020
LAFINUS UGM Sukses Menggelar Virtual Training Bagi Dosen Se-Indonesia Terkait Jiwa Merdeka
Kegiatan Lafinus Thursday, 9 July 2020
Pelatihan membangun jiwa merdeka melalui kecerdasan holistik berbasis filsafat nusantara yang dilakukan secara daring (virtual training) pada senin (06 Juli 2020) telah sukse diselenggarakan Laboratorium Filsafat Nusantara Fakultas Filsafat UGM. Pelatihan Membangun JIWA MERDEKA melalui Pengembangan Kecerdasan Holistik Berbasis Filsafat Nusantara bagi Dosen se-Indonesia” yang dibersamai langsung oleh tiga traniner dan satu fasilitator yaitu Dr. Arqom Kuswanjono (Dekan Filsafat UGM), Dr. Heri Santoso (Kepala Lafinus UGM), Surono, M.A ( Mahasiswa S3 Filsafat UGM) dan Dr. Hastangka, M.Phil (Relawan Lafinus UGM). Sebanyak kurang lebih 70 dosen dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia bergabung dalam pelatihan ini dengan sangat antusias, dan tak jarang diantara peserta saling berbagi kisah terkait permasalahan mereka di kampus maupun permasalahan pribadi. Hal terpenting yang menjadi tujuan dalam pelatihan ini adalah untuk bisa membawakan mata kuliah dengan metode yang menyenangkan serta mengekplorasi lebih dalam terkait fungsi kecerdasan secara komprehensif, diantaranya kecerdasan holistik yang didalamnya terdapat kecerdasan spiritual, emosional, daya juang dan intelektual. Dalam acara ini turut serta wakil rektor bidang pendidikan, pengajaran dan kemahasiswaan UGM Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr untuk menyampaikan pesan dan harapannya bahwa kedepan Lafinus UGM bisa menjadi pusat kajian big data terkait Filsafat Nusantara serta pelatihan ini bisa menjadikan dosen diseluruh Indonesia bersinergi untuk mengoptimalkan potensi dari kecerdasan holistik yang berbasis nusantara ini, sehingga konsep merdeka dalam kegiatan belajar mengajar bisa berjalan optimal dan gtentunya memerdekakan dosen dan mahasiswa untuk terus berinovasi dengan karakter kenusantaraan yang baik.
Dalam pelatihan ini terdapat keynotespeechyang disampaikan oleh sekretaris dewan guru besar UGM Prof. Dr. Gunawan Sumodiningrat, M.Ec., Prof. Gunawan menyampaikan bahwa Jiwa Merdeka itu terlahir melalui sinergi antara cipta, rasa, dan karsa. Hal ini dikarenakan ketika ingin memiliki jiwa merdeka maka harus memiliki sinergi yang serba baik terkait tiga hal tersebut, karena kebaikan adalah wujud dari meniru sifat Tuhan Yang Maha Esa. Meniru sifat kebaikan Tuhan harus dilakukan saat ini, besok, dan selamanya sepanjang masa. Prof. Gunawan juga menjelaskan bahwa tujuan dari kesejahteraan sosial sesungguhnya terkait dengan kebahagian sehingga jiwa yang merdeka harus mengupayakan yang terbaik untuk mendapatkan kebahagiaan itu dengan terus berbuat baik, berusaha dengan baik, dan berbagi dengan cara yang baik pula serta tidak mudah menyerah “ojo uwes nek durung uwes”. Selanjutnya, Prof. Gunawan menambahkan ada empat dasar konsensus bangsa ini yaitu mewujudkan manusia, insan kamil berbudi luhur, mandiri dan professional. Dengan demikian, semua perubahan yang ingin dicapai memang harus dimulai dari sendiri, diri yang memiliki jiwa merdeka dan meniru sifat-sifat Tuhan Yang Maha Esa. Doing best make happy! Nandur Becik.
Dosen harus memiliki jiwa merdeka, karena ketika merdeka dosennya maka aktivitas akademik akan berjalan dengan baik, dan mengarah pada tujuan yang baik. Setiap pengajaran yang dosen berikan akan menjadi tinta kebaikan bagi mahasiswa untuk disampaikan lebih luas lagi bagi kehidupan masyarakat, karena untuk membentangkan kebaikan yang lebih luas dan berdampak, dibutuhkan jiwa-jiwa yang merdek serta memiliki karakter yang meniru sifat Tuhan. Kemajuan bangsa tidak bisa berjalan begitu saja tanpa adanya sinergi dan kolaborasi antar elemen masyarakat termasuk dosen dan mahasiswanya. Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya! Karena merdeka dosennya, merdeka mahasiswanya. Merdeka dosennya, merdeka kampusnya. Dan merdeka dosennya, merdeka bangsanya!
Recent Comments