PELATIHAN MEMBANGUN JIWA MERDEKA BAGI PENDIDIK PAUD SE-INDONESIA DALAM MENGHADAPI DAMPAK PANDEMI COVID-19
Kegiatan LafinusKerjasamaPengabdian Monday, 26 July 2021
Pelatihan yang diselenggarakan atas kerjasama Fakultas Filsafat UGM yang dimotori oleh Laboratorium Filsafat Nusantara (Lafinus), Himpaudi DIY, dan BP Paud-Dikmas DIY ini disponsori oleh Direktorat Pengabdian Pada Masyarakat UGM melalui program Teknologi Tepat Guna Tahun 2021. Pelatihan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Juli 2021, Jam 07.30-11.45 WIB, diikuti oleh 143 peserta dari seluruh Indonesia. Menghadirkan Dekan Fakultas Filsafat UGM, Dr. Arqom Kuswanjono, Kepala BP Paud-Dikmas DIY, Drs. Eko Sumardi, M.Pd., Ketua Himpaudi DIY, Zamzami Ulwiyati Darojat, S.Ag. Dengan narasumber Dr. Heri Santoso, Surono, MA, dibantu Fasilitator Dela dan Kusuma dari Tim Lafinus UGM.
“Pelatihan ini memberikan ketenangan jiwa”, ungkap Erma Susanti, SPd., pendidik Paud dari Martapura Kalimantan Selatan. Sementara itu bagi Monica Eka Wahyuni dari Serang Banten menangkap kesan bahwa pelatihan ini menyenangkan, menenangkan, memberi pengalaman dan ilmu yang berbeda. Secara umum peserta pelatihan menuliskan bahwa pelatihan ini membantu mereka bahwa hidup harus bersemangat, merdeka, kreatif dan bersyukur. Bahkan hampir 100% dari peserta pelatihan menuliskan bahwa pelatihan ini mampu mengurangi beban hidup, menumbuhkan semangat, dan jiwa merdeka. Pelatihan ini memang didesign dengan pembawaan yang santai, namun menyenangkan dan bermakna.
Sementara itu ketika memberi pengantar pelatihan, Dr. Arqom Kuswanjono, Dekan Fakutas Filsafat UGM mengingatkan bahwa salah satu hikmah pandemi Covid-19 ini kita bisa menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan peserta sekurang-kurangnya 12 Provinsi dari seluruh Indonesia. Dr. Arqom dalam penyampainnya mengingatkan terkait ajaran filsafat timur, yaitu filsafat yin yang. Di dalam gelap sekalipun, tentu ada setitik cahaya terang, dan di dalam situasi yang terang, ada juga setitik kegelapan. Demikian juga dalam situasi pandemi kita bisa memanfaatkannya, yang hal tersebut akan sulit bila dilakukan di luar pandemi. Anak didik dapat dianggap sebagai korek api, lilin atau lampu. Tugas kita adalah memantik agar mereka menjadi penerang kehidupan. Dr. Arqom mengingatkan mengapa kita perlu mengembangkan jiwa merdeka, karena kalau kita belajar dari teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, kita akan menemukan “….bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa…”. Sementara itu bila kita menengok Pembukaan UUD 1945 di sana akan kita temui, cita-cita proklamasi adalah menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Sementara itu dalam konteks kekinian, Mas Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek juga telah mencanangkan program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM). Dengan demikian pelatihan ini juga sejalan dengan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya yang mengingatkan “….bangunlah jiwanya….bangunlah raganya”. Inilah arti penting pelatihan membangun jiwa merdeka.
Drs. Eko Sumardi, M.Pd. Kepala BP Paud-Dikmas DIY yang berkenan memberi sambutan dan membukan acara pelatihan ini mengapresiasi bentuk kerjasama Fakultas Filsafat UGM, melalui Lafinus Filsafat UGM, Himpaudi DIY, dan BP Paud-Dikmas DIY, serta partisipasi dari peserta lebih dari 12 provinsi se-Indonesia yang telah menyelenggarakan pelatihan dengan tema Membangun Jiwa Merdeka Pendidik Paud se-Indonesia. Kepala BP Paud-Dikmas DIY mengingatkan bahwa pandemi ini memang sulit, dan mungkin tidak pernah kita pikirkan akan datang dan kita tidak pernah berpikir kapan pandemi ini akan berakhir. Semua terdampak, semua kebingungan, tetapi kita harus bergerak, agar tetap survive. Persoalan yang muncul, antara lain : Pola perubahan model belajar-mengajar, semula bisa tatap muka langsung, kini semua harus daring. Hal ini menimbulkan masalah berikutnya, yaitu masalah penguasaan IT. Masih banyak pendidik Paud yang mengalami kesulitan dalam penguasaan IT ini, apalagi memanfaatkanya dalam pembelajaran. Masalah sarana, prasarana IT, seperti kuota data internet dsb. Masalah lainnya adalah masalah kekurangan murid, serta mencari jalan keluar untuk mengatasinya. Kemudian, masalah biaya operasional pengelolaan Paud. Masalah-masalah ini memang sulit, namun sulit itu bukan berarti tidak bisa kita selesaikan. Kita tidak sendirian. Banyak di luar kita yang memiliki kepedulian dan resourses yang siap melakukan kolaborasi untuk membantu Paud, Contohnya kerjasama ini. Yang penting, kita harus mau berubah, mau bergerak, dan pantang menyerah. Kata kuncinya adalah kemauan. Sebab bila tidak ada lagi kemauan, apapun tips dan bantuan yang diberikan tentu tidak akan efektif.
Anggaplah kita baru saja lahir di masa Pandemi. Inilah kenyataan yang harus kita hadapi. Masa lalu yang begitu nyaman kita anggap sebagai evaluasi diri. Jangan terjebak ke masa lalu. Mari kita hadapi masa sekarang ini. Saling asah, saling asih, dan saling asuh. Kita tidak boleh egois, dan apabila memiliki ilmu, kita harus saling membantu.
Inti pelatihan ini dibawakan oleh Dr. Heri Santoso dan Surono, MA. Diawali dengan yel-yel untuk membangun semangat peserta; ”Merdeka gurunya…. merdeka anak didiknya, merdeka anak didiknya… merdeka Paudnya. Merdeka Paudnya….merdeka bangsanya. Yel-yel ini seolah-olah mengingatkan, bahwa untuk memerdekakan bangsa, maka mau tidak mau dimulai dari diri kita sendiri dahulu.
Pelatihan yang dikemas secara santai, penuh canda dan tawa (ngekek-ngekek) tetapi ada beberapa sesi yang membuat para peserta terharu, menangis, bahkan tersedu-sedu (mewek-mewek). Pelatihan diawali dengan melakukan deteksi diri tentang beban-beban hidup yang dihadapi para peserta pelatihan yang sebagian besar adalah pendidik Paud. Mulai dari beban masalah materi/finansial, beban kesehatan, beban karier/kerja, beban hobby, beban beban sosialitas, dan beban spiritual. Konsep dasar pelatihan ini adalah bahwa untuk memerdekakan diri kita bisa memulai dari memerdekakan pikiran (IQ), memerdekakan perasaan (EQ), dan memerdekakan spiritual (SQ), memerdekakan raga (KQ),dan membangun ketangguhan (AQ). Konsep dasar ini dikemas dalam bentuk modul-modul yang dikemas secara menyenangkan dan bermakna.
Di akhir sesi pelatihan Ketua Himpaudi DIY, Zamzami Ulwiyati Darojat, S.Ag. mengingatkan kembali bahwa jiwa merdeka itu merupakan satu di antara 5 unsur penting yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara dalam Pancadharma Taman siswa, yaitu kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan dan kemanusiaan. Pelatihan membangun jiwa merdeka ini bermanfaat bagi para guru paud untuk merdeka dalam berpikir, merdeka dalam berkeputusan, merdeka dalam bersikap dan merdeka dalam bertindak. Menutup sesi pelatihan ini, Bu Ulwi mengingatkan bahwa,”Pekerjaan kita yang melelahkan itu, mungkin impian bagi para pengangguran, anak kita yang berisik mungkin itu impian bagi wanita yang masih belum punya anak, rumah kita yang kecil itu mungkin impian bagi mereka yang tergusur dan terusir. Harta kita yang sedikit mungkin itu impian bagi mereka yang sedang terlilit hutang. Untuk itu kata kuncinya bersyukur…bersyukurlah…dengan sandal jepit yang kita miliki. Sebab di luar sana ada masih banyak yang tidak memiliki kaki….”
Demikian dapat disaksikan bersama bahwa pelatihan jiwa merdeka ini memberikan dampak baik untuk membantu para pendidik PAUD dalam meregulasi diri dan emosi untuk menghadapi segala macam tantangan hidup, utamanya dampak dari pandemi Covid-19 yang mengubah bentuk tatanan kehidupan. Dengan memerdekan jiwa, sertidaknya memberikan jaminan bagi diri untuk tidak kerdil dan menyerah oleh keadaan begitu saja. Dengan merdeka jiwanya, maka akan merdeka pikiran dan perilakunya.
Salam Jiwa Merdeka!
(HS/DK/KP)
Recent Comments