“Banyak sekali pembelajaran berharga yang kami dapatkan dari pelatihan ini, terutama bagaimana cara membangun jiwa merdeka dalam melaksanakan perkuliahan, dan teknik memberikan hak merdeka bagi mahasiswa” ungkap Nia Emilda, M.Pd. dosen Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung seusai mengikuti pelatihan. Hal senada juga diungkapkan oleh Mufarizuddin, M.Pd dosen Pendidikan Pancasila dari Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, yang menuliskan kesan, “Materi pelatihan yang luar biasa dari narasumber, yang tidak sekedar memberikan materi saja, namun juga memberi pesan yang sangat dalam, baik secara nyata maupun spritual bagi peserta”. Selain kedua peserta di atas, Nurhadi Sasmita, dari FIB Universitas Jember juga mengungkapkan, “Pelatihan ini telah menawarkan metode pembelajaran Pendidikan Pancasila yang lebih menyegarkan, menyenangkan, inovatif, membangkitkan kemampuan berfikir secara lebih bebas dan terbuka”. Kesan di atas hanyalah cuplikan dari kesan tiga peserta pelatihan. Mayoritas peserta menuliskan kesan positif pasca pelatihan, bahwa pelatihan ini telah berhasil menstimulasi membangun jiwa merdeka para dosen, baik secara intelektual, emosional, spiritual maupun kinestetik.
Pelatihan yang diselenggarakan oleh Laboratorium Filsafat Nusantara (Lafinus) Filsafat UGM dan disponsori oleh Direktorat Pengabdian Pada Masyarakat UGM ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Juni 2022 ini mengusung tema “ToT dan Coaching Membangun Jiwa Merdeka Dosen Pendidikan Pancasila”. “Tema yang diangkat ini kiranya sangat strategis di era Kebijakan Program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka yang dicanangkan oleh Mendikbudristek RI Nadiem Makarim” ungkap Dr. Rr. Siti Murtiningsih, Dekan Fakultas Filsafat UGM, ketika memberi pengantar pelatihan. “Bagaimana mungkin program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dapat berjalan efektif bila dosennya, terutama dosen Pendidikan Pancasila jiwanya belum merdeka.” Kata Penganggungjawab Mata Kuliah Wajib Kurikulum UGM ini.
Meskipun training dan coaching ini dilaksanakan secara daring, suasana pelatihan terlihat meriah, penuh semangat dan antusias dari peserta yang terdiri dari 83 dosen Pendidikan Pancasila dari 51 perguruan tinggi dari seluruh Indonesia, baik dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Sulawesi. “Pelatihan ini kita kemas dengan model sederhana, yaitu dari “ngekek-ngekek sampai mewek-mewek”, artinya peserta diajak untuk menertawakan dirinya sendiri, bahkan sampai meneteskan air mata, menangis haru dan bercampur bahagia ketika berefleksi dan berkontemplasi” ungkap Dr. Heri Santoso, sebagai penggagas sekaligus narasumber pelatihan.
Selain model training yang dipandu oleh Dr. Heri Santoso dan Surono, M.A., pada kegiatan ini juga diberi pengantar tentang coaching dan manfaatnya untuk memerdekakan jiwa mahasiswa oleh Dr. Arqom Kuswanjono, Ketua Asosiasi Kelembagaan MKWK se-Indonesia. Dr. Arqom menjelaskan bahwa metode coaching yang dikembangkan oleh Lafinus Filsafat UGM ini berkali-kali teruji mampu membantu memerdekakan jiwa, termasuk dosen dan mahasiswa. Coaching ini mengadopsi metode Socrates, yaitu maeutika tekne, atau teknik pembidanan dipadu dengan kearifan lokal bangsa Indonesia. Lebih lanjut Dr. Arqom menjelaskan bahwa metode coaching ini lebih mengandalkan pertanyaan-pertanyaan yang membantu coachee (orang yang dicoaching) mampu menemukan jawaban-jawaban atas persoalan dan agenda yang dihadapinya berasal dari dalam dirinya sendiri, bukan petunjuk atau arahan dari orang lain, termasuk coach.
Dari kuesioner umpan balik yang diberikan panitia kepada peserta, dapat disimpulkan bahwa semua peserta berminat untuk mengikuti tahapan berikutnya, yaitu pelatihan bagi calon coach dan sangat berminat untuk mengembangkan training dan coaching ini di kampusnya masing-masing (HS, DKA, KP)